Suara-ntt.com, Kupang-Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, dengan hadirnya laborateriun boimolekuler kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat NTT.
“Kita bersyukur bahwa hari ini laboratorium biomolekuler untuk kesehatan masyarakat telah kita resmikan dan ini tentunya sangat membantu dalam peningkatan pelayanan kesehatan kita. Mulai hari ini juga masyarakat NTT tidak lagi dibebani dengan biaya untuk rapid dan swab. Saya telah menandatangain Pergubnya kemarin dan berlaku hari ini semua masyarakat Nusa Tenggara Timur gratis biaya tes swab dan tes rapid,” katanya saat memberikan sambutan dalam acara Launching Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kerjasama Pemerintah Provinsi NTT, Universitas Nusa Cendana, dan Forum Academia NTT) yang dilaksanakan di Kampus Universitas Nusa Cendana Naikoten pada Jumat 16 Oktober 2020.
Dikatakan, riset-riset ilmiah merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh kaum intelektual untuk menghasilkan kemajuan pembangunan di berbagai bidang. Salah satunya pada bidang pelayanan kesehatan.
“Salah satu hal yang tentunya mendukung progres kemajuan atau terobosan adalah dengan adanya riset secara ilmiah untuk mendukung pembangunan semisalnya pada bidang kesehatan. Belum lama ini melalui riset di Nusa Tenggara Timur, telah ditemukan bahwa tumbuhan Faloak dapat menyembuhkan penyakit Hepatitis C yang mana sampai saat ini vaksinnya belum ditemukan.
Kita akan terus lanjutkan riset tentang itu dengan anggaran yang disiapkan Pemrov NTT. Ini merupakan suatu loncatan bagi kita dan membuktikan bahwa alam kita terkhususnya di Nusa Tenggara Timur mampu memberikan berkat bagi kehidupan kita,”ungkapnya.
Kemudian kata dia harus ada pelaksanaan riset-riset lanjutan. “Saya mau tidak sampai disini saja harus ada lanjutan riset yang lain. Kita bersyukur bahwa Provinsi ini terus bergerak maju dengan khususnya beberapa anak muda yang terpanggil dengan ilmu pengetahuannya untuk kembali mengabdi bagi NTT. Terima kasih untuk Undana juga atas risetnya untuk menghasilkan minuman sophia,”pintanya.
Target 2021, Klinik Undana Kupang Dinaikan Statusnya jadi Rumah Sakit
Sementara itu, Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Prof. Ir. Frederik Benu, M. Si., Ph. D targetkan bahwa pada bulan Januari 2021 Klinik Undana ini akan naik statusnya sebagai Rumah Sakit.
“Kami sudah membentuk tim untuk percepatan yang diketuai oleh Pak dr. Domi Mere untuk ada sejumlah catatan yang harus kami sediakan disini untuk pelayanan kesehatan. Kami berharap klinik Undana akan menjadi Rumah Sakit Penyangga RSUD Prof. DR. W.Z Johannes Kupang dalam pelayanan kesehatan,”katanya.
Fred Benu memberikan apresiasi pada Pemprov NTT yang ikut membantu adanya laboratorium tersebut. “Saya apresiasi yang sangat besar pada kepemimpinan Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur yang berkenan untuk mendorong adanya laboratorium biomolekuler kesehatan masyarakat di Provinsi ini, kerja sama dengan pihak Kampus Undana dan juga atas inisiasi dari adik-adik di Forum Academia NTT,”ungkapnya.
“Pada situasi awal pandemi covid-19, waktu itu Pak Gubernur memutuskan bahwa Klinik Undana diminta untuk bekerja sama dalam penangan covid dan dinyatakan sebagai Rumah Sakit penyangga penanganan covid-19 di NTT, itu adalah suatu keputusan yang sangat berani walaupun belum berstatus rumah sakit. Terima kasih Pak Gubernur dengan keputusan itu memungkinkan kita juga didorong kinerjanya untuk menyediakan semua kemungkinan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya dalam situasi pandemi ini,” jelasnya.
Dikatakannya, Laboratorium tersebut adalah atas inisiasi Forum Academia NTT dan kerja sama ini sudah dimulai pada bulan April hingga pada launching labotatorium yang sangat diperlukan dalam situasi pandemi covid-19 ini seperti saat ini.
Forum Academia NTT melalui dr. Fima Inabuy menjelaskan, Laboratorium tersebut dinamakan Laboratorium Kesehatan masyarakat karena tujuan laboratorium ini bukan untuk diagnosa atau mengobati tetapi menjaga masyarakat tetap sehat melalui upaya surveilance yang berbasis biomolekuler.
“Artinya kita menggunakan PCR untuk menentukan strategi-strategi pencegahan penularan penyakit. Dan dalam konteks pandemi covid-19 agenda dari laboratorium ini adalah melakukan pull test yakni screnning massal, untuk mendetekesi kelompok mana yang orangnya terinfeksi dan kelompok mana yang belum,” ujarnya.
“Rencana skema kerja sama kami dengan agenda pull test pada kelompok-kelompok pelaku perjalanan dan tenaga-tenaga kesehatan. Namun menanggapi akumulasi sampel di RSUD Prof. W.Z. Johannes Kupang saat ini yang sudah mencapai lebih dari 3.000 sampel maka tentu kami membantu dahulu di RSUD W. Z. Johannes. Menghadapi kedaruratan akumulasi sampel ini maka skema pemeriksaan sampel yang kami usulkan adalah kerja sama pembagian tugas antara laboratorium biomolekuler kesehatan masyarakat ini dan dengan laboratorium biomolekuler RSUD W.Z. Johannes,” jelas Fima.
Ia juga mengatakan terima kasih pada semua pihak yang sudah membantu dan mendukung dan juga saat ini Izin operasional laboratorium sedang ditempuh dengan pendampingan dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Surabaya. Menurut rencananya akan dilakukan pengetesan sampel menggunakan Saliva dengan harapannya menjadi teknik yang lebih friendly untuk pengambilan sampel.
Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi NTT David A. Mandala S.Kep.Ns, M.Kes, menjelaskan untuk meningkatkan kemampuan testing covid 19 di NTT Pemerintah Daerah tidak berjalan sendiri namun membangun kerja sama dengan Universitas Nusa Cendana terkait dukungan lahan, gedung, peralatan serta SDM dan juga melibatkan forum academia NTT yang banyak memberikan dukungan dalam bentuk gagasan inovatif, tenaga dan aksi nyata dalam pengendalian dan pencegahan covid 19. Hasil dari kerja sama ini adalah terbangunnya Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur berbasis komunal dengan harapan dapat melakukan pemeriksaan untuk menjaring kasus positif tanpa gejala lebih banyak dan meningkatkan kemampuan deteksi dini. (HT/Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT)