Suara-ntt.com, Kupang-Beberapa bulan terakhir ini harga beras di Indonesia terus mengalami kenaikan. Hal itu juga berdampak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan di bumi Flobamorata ini harga beras tembus Rp 18 ribu per kilogram.
Dengan adanya kenaikan harga beras itu, Pemerintah Provinsi NTT meminta masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal lainnya selain beras seperti jagung, pisang dan umbi-umbian.
“Jadi dari dulu nenek moyang kita selalu mengonsumsi pangan lokal non beras seperti jagung, pisang dan umbi-umbian,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Asisten II Setda Provinsi NTT, Flouri Rita Wuisan mewakili Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake dalam acara Jumpa Pers Berita Resmi Statistik bulan Maret 2024 di Kantor BPS Provinsi NTT pada Jumat, 1 Maret 2024.
Dijelaskan, untuk mengantisipasi hal itu maka pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota mengambil angkah-langkah antisipasi antara lain; gerakan pangan murah yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT dan pasar murah bersubsidi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT.
Dikatakan, sejauh ini Pemprov sudah memantau ketersedian beras di Bulog dan selalu berkoordinasi dengan mereka.
Untuk mewujudkan ketahanan pangan di NTT kata dia tidak serta merta setiap instansi kerja sendiri-sendiri namun perlu berkolaborasi koordinasi satu sama lain.
“Saat ini kita pemerintah provinsi terus berupaya agar ketersediaan beras tetap ada,”ungkapnya.
Sementara itu Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur, Matamira B. Kale memaparkan, kenaikan harga beras di Nusa Tenggara Timur menjadi penyumbang inflasi pada bulan Febuari 2024.
Dikatakan, komoditas beras menjadi sektor tertinggi yang menyumbang sebesar 0.1629 persen, month to month (M-to-M) terhadap inflasi secara umum di NTT yang sebesar 0,16 persen.
Selain itu komoditas yang turut menyumbang inflasi di NTT pada Feburuari 2024 seperti tomat, kangkung, ikan kembung dan ikan bakar.
Sementara untuk komoditas yang menyumbang deflasi di NTT berupa cabe rawit, daging ayam ras, bunga pepaya, daun singkong dan labu siam.
Terkait produksi padi pada Januari-April 2024, BPS NTT memperkirakan seluas 33.98 hektare dengan perkiraan produksi padi sebanyak 142,16 ribu ton yang dapat dipanen oleh para petani di NTT.
“Pada tahun ini lebih kecil dibandingkan 5 tahun terakhir,”papar Matamira. (Hiro Tuames)