Site icon Suara NTT

Kantor Bahasa NTT Bakal Perjuangkan Kamus untuk 72 Bahasa Daerah

Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan data dari 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia, 72 di antaranya berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dengan demikian, Kantor Bahasa Provinsi NTT lagi memperjuangkan kamus untuk 72 bahasa daerah.

“Kami akan berusaha dan berjuang agar seluruh kamus dari 72 bahasa itu tersedia. Dan tentu kami juga meminta dukungan dari Profesor Barbara Grimes
Peneliti dari Unit Bahasa dan Budaya Sinode GMIT NTT untuk ke depan bisa melakukan kajian-kajian,”kata Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, Elis Setiati dalam acara Desiminasi Kongres Bahasa Indonesia XII di Hotel Sylvia Kupang pada Sabtu, 27 Mei 2023.

“Kemudian mungkin ada kajian-kajian dari teman-teman dan kami tidak akan masuk ke penelitian karena itu bukan tugas dan fungsi kami,”tambahnya.

Elis mengatakan, pada tahun 2023 pihaknya telah melakukan revitalisasi bahasa daerah (RBD) di NTT sebanyak tujuh (7) bahasa di lima kabupaten. Ketujuh bahasa daerah itu antara lain Bahasa Dawan (Kabupaten TTS), Bahasa Tombo(Kabupaten Manggarai Timur), Bahasa Kambera ( Kabupaten Sumba Timur), Bahasa Rote (Kabupaten Rote), Bahasa Daerah Abui, Adang dan Kabola (Kabupaten Alor)

“Untuk Kabupaten Alor sendiri ada 3 bahasa daerah. Karena disana ada lebih dari 30 bahasa daerah,”jelasnya.

Dikatakan, pihaknya bekerja berdasarkan restra  yang ada dengan anggaran yang tersedia. Jadi negara sudah membagi beberapa provinsi dan kemarin ada 12 provinsi diberikan kesempatan untuk melaksanakan revitalisasi bahasa daerah (RBD) dan salah satunya adalah provinsi  NTT yang dialokasikan dana sebesar Rp 2,4 miliar hanya untuk bisa dilakukan kegiatan revitalisasi lima bahasa daerah di lima kabupaten.

Dijelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan dengan rangkaian yang luar biasa dan pada tahap pertama adalah tahap koordinasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan memberikan pemahaman kepada daerah itu agar suatu saat tidak terpatok dengan dana dari pemerintah lagi.

Namun hal itu bisa terlaksana bilamana kepala daerah (bupati)mendukung semua prosesnya maka akan melaksanakan kegiatan tersebut untuk semua bahasa.

“Apabila semua kabupaten bupatinya mendukung maka kami masuk dan mendukungnya dengan model kegiatan serta akan memfasilitasinya. Mulai dari kegiatan koordinasi sampai  pelatihan guru utama ke guru master menjadi pelatih  untuk enam mata lomba yang akan dilombakan seperti menulis dan membaca puisi, menulis cerpen dalam bahasa daerah,   berpidato dalam bahasa daerah, mendongeng dalam bahasa daerah, stand up komedi  atau  komedi tunggal dalam bahasa daerah dan tradisi lisan dalam bahasa daerah,”jelasnya.

“Kegiatan-kegiatan itu yang kita laksanakan  untuk membangkitkan bahasa yang disukai oleh anak-anak  sampai  anak muda. Kita tidak masuk dan membuat program bahasa daerah dan imbas dari kegiatan itu sangat dahsyat,”pintanya.

Dia memaparkan bahwa di tahun 2023 pihanya mengadakan kegiatan di lima kabupaten di NTT dengan lima bahasa. Seperti di Kabupaten Manggarai Timur, bupatinya langsung membuat regulasi dan pada bulan Januari 2024 mendatang akan terlaksana pelajaran bahasa daerah atau mata pelajaran mulok. Lalu di Kabupaten Rote Ndao bupatinya juga menetapkan  regulasi peraturan daerah tentang kelestarian dan perlindungan bahasa. Kemudian di Kabupaten TTS  akan dibuat mata pelajaran mulok  dan peraturan Daerah akan ditertibkan. Di Kabupaten Alor juga akan memberlakukan hal itu lalu di Kabupaten Sumba Timur para komunitas  membuat bahasa daerah itu menjadi bahasa  persatuan suku di wilayah setempat.

“Mereka membangkitkan melalui pelajaran seni dalam ketrampilan berbahasa baik itu bentuknya menulis puisi, cerpen, berpidato, dongeng dan lain sebagainya itulah kebangkitan bahasa daerah,”imbuhnya.

“Apabila di daerah atau kabupaten lain  menjalankan tanpa kita lakukan itu merupakan suatu  kemajuan yang luar biasa. Kami bekerja mengikuti petunjuk hanya untuk lima bahasa namun di tahun berikutnya dengan anggaran yang sama  maka kami tambah dua bahasa lagi. Karena untuk daerah NTT berapapun anggarannya akan habis karena  daerahnya pulau-pulau  dengan harga tiket yang fluktuatif kadang murah kadang mahal  sehingga kita kerja tidak maksimal,”bebernya.

“Jika itu dalam satu daratan maka akan mudah dilakukan seperti di Provinsi Kalimatan Tengah ada 13 Kabupaten dan satu kota itu cepat lakukan revitalisasi  bahasa daerah. Tapi di wilayah NTT tidak bisa dan perlu anggaran yang besar. Jadi kami memiliki semacam teknik  apabila pemerintah daerah ikut serta  dan sadar untuk melestarikan bahasa daerahnya dan tahu bahwa bahasa daerahnya  sudah mulai kritis dari sikap bahasa masyarakatnya,”tandasnya.

“Kemudian mobilisasi perpindahan atau  migrasi dari satu tempat ke tempat lain dan ada perkawinan silang maka bahasa daerah tidak digunakan lagi dari situ pemerintah daerah meminta kepada kami bagaimana  model atau caranya dan itu yang akan kami bantu,”terangnya.

“Secara anggaran kita bisa bergerak lebih banyak  tapi kami yakin pengimbasan itu akan ada di wilayah ini dan kami akan termotivasi terus. Dengan semangat yang tinggi kami akan berusaha membuat seluruh bahasa daerah dalam revitalisasi,”lanjutnya.

Lebih lanjut dia mengharapkan bantuan dari media untuk mempublikasi sehingga dapat membuat para bupati termotivasi. “Kalau bahasa daerah sudah mulai terkikis  maka harus  cari dokter dan obatnya. Dan Kantor Bahasa NTT akan menolongnya dan menjadi dokter cintanya,”harapnya.

Elis mengakui, sumber daya manusia untuk penyuluh saat ini masih kurang karena harus memiliki sertifikat. Dan ada penyuluh sementara mengambil S2 di Australia mudah-mudahan selesai studinya bisa membantu .

“Saya ada membuat kebijakan agar teman-teman teknis dari bahasa wajib menjadi penyuluh,”pungkasnya. (Hiro Tuames)

Exit mobile version