Suara-ntt com, Kupang-Peningkatan derajat kesehatan masyarakat menjadi salah satu aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia NTT. Upaya untuk membangun kesehatan ini dimulai sejak dari dalam kandungan ibu.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) terus berkomitmen untuk menekan angka kematian ibu dan anak (KIA) melalui berbagai upaya seperti penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan dan evaluasi yang terus-menerus.
Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake memaparkan angka kematian Ibu pada tahun 2023 sebanyak 135 kasus atau menurun dibandingkan tahun 2022 sejumlah 171 kasus.
Dijelaskan, sampai dengan bulan Juli tahun 2024 terdapat 71 kasus. Begitupun, untuk kasus kematian bayi tahun 2023 juga mengalami penurunan yakni 1.065 kasus dibandingkan tahun 2022 1.139 kasus sehingga sampai dengan Juli 2024, jumlah kasus kematian bayi di NTT mencapai 521 kasus.
“Kita terus berkomitmen untuk menekan angka kematian ibu dan anak melalui berbagai upaya seperti penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan dan evaluasi yang terus-menerus. Angka
kematian Ibu pada tahun 2023 sebanyak 135 kasus atau menurun dibandingkan tahun 2022 sejumlah 171 kasus,”kata Penjabat Ayodhia Kalake beberapa waktu.
“Sampai dengan bulan Juli tahun 2024 terdapat 71 kasus. Begitupun, untuk kasus kematian bayi tahun 2023 juga mengalami penurunan yakni 1.065 kasus dibandingkan tahun 2022 1.139 kasus sehingga jumlah kasus kematian bayi mencapai 521 kasus,”tambahnya.
Dikatakan, pihaknya menyadari bahwa angka stunting di NTT masih tergolong tinggi. Berdasarkan data SKI yang dirilis Kementerian Kesehatan, prevelensi stunting NTT pada tahun 2023 mencapai 37,9 persen.
Sementara itu, berdasarkan data e-PPBGM, per Februari 2024, prevelensi stunting di NTT sebesar 15,2 persen atau sebanyak 61.961 anak stunting. Pemerintah Provinsi NTT terus berupaya menurunkan prevelensi stunting melalui kerja kolaborasi dan konvergensi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan melalui pendekatan spesifik dan sensitif.
“Melalui kerja bersama lintas sektoral ini, kita menargetkan penurunan stunting pada pada tahun 2025 mencapai 4,8 persen,”ungkapnya.
Lebih lanjut kata dia, Pemerintah Provinsi juga terus berupaya untuk menekan laju perkembangan penyakit endemik seperti Malaria dan DBD dengan mempromosikan empat pilar strategi pencegahan dan pengendalian, yakni;
pertama, memperkuat surveilans kasus dan surveilans vektor didukung dengan laboratorium yang memadai;
kedua, memperkuat penatalaksanaan penderita di fasilitas kesehatan;
ketiga, meningkatkan pemberantasan vektor secara terpadu bersama masyarakat;
dan keempat, memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan KLB.
Dia menambahkan bahwa pada tahun 2023, jumlah kasus penyakit malaria mengalami penurunan sebanyak 6.968 dengan kasus kematian sebanyak 4 orang dibandingkan dengan 2022 sejumlah 15.812 kasus dengan 9 kematian.
Hal yang sama juga untuk kasus DBD Tahun 2023 di mana mengalami penurunan menjadi 2.652 kasus dengan jumlah kematian 15 kasus dibanding dengan Tahun 2022 sebanyak 3.376 kasus dengan 29 orang meninggal.
“Kita patut berbangga bahwa mulai tahun Oktober 2023 Pemerintah Pusat menetapkan NTT khususnya Kota Kupang sebagai salah satu lima daerah/kota untuk Piloct Project Implementasi Teknologi Wolbachia untuk mengatasi penyebaran penyakit DBD,”bebernya. ***