Site icon Suara NTT

Kembangkan Hutan Energi bagi Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat

Suara-ntt.com, So’e-Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengatakan, pemanfaatan potensi di NTT melalui pengembangan hutan energi harus dapat direalisasikan pada pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Hal itu disampaikan Gubernur VBL pada saat kegiatan pertemuan bersama dalam Launching Program Transmormasi Hijau untuk Penurunan Emisi serta Integrasi Pengembangan Hutan Energi Peternakan Terpadu di Pulau Timor bagi  Kebutuhan Biomassa Co-Firing PLTU yang Berbasiskan Sinergi Ekonomi Kerakyatan.di Desa Oetuke Kabupaten Timor Tengah Selatan pada Selasa, 22 November 2022.

“Pemanfaatan hutan energi untuk pengembangan lamtoro guna menghasilkan biomassa harus efektif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat kita. Saya sangat senang atas kerja sama hebat antara PLN bersama Universitas Nusa Cendana dan Pemerintah Provinsi NTT yang kini sudah melibatkan masyarakat dalam pemanfaatan kawasan hutan energi dalam menghasilkan biomasa untuk co-firing PLTU Bolok,”katanya.

“Saya sangat senang karena ini model kerja kolaborasi yang sangat bagus bukan hanya untuk menambah suplai energi saja tetapi di saat yang sama kita berpartisipasi menciptakan lapangan kerja, mempercepat pertumbuhan ekonomi dan ini juga untuk mengurangi angka kemiskinan,” ungkapnya.

“Kita harapkan juga ke depannya dapat menambah mesin produksi biomasa sehingga kita bisa menghasilkan 200 ton biomassa per hari. Dengan demikian bila dengan harga Rp 600 per Kg dan dikalikan dengan 200 ton (200.000 Kg) maka dapat menghasilkan Rp 1,2 Miliar per hari. Saya harapkan terus juga dikembangkan dan juga repkika mesin tambahan untuk dapat digunakan dan ini menjadi partisipasi aktif dari 9 Desa disini untuk menghasilkan biomassa tersebut dan saya inginkan juga agar bulan mei tahun depan kita sudah bisa hasilkan 200 ton biomassa per hari,”tambahnya.

“Kita juga akan kembangkan bukan hanya saja pada menghasilkan biomassa untuk energi listrik tetapi juga untuk peternakan rakyat,”bebernya.

Gubernur VBL juga mengungkapkan, elektrifikasi listrik sebagai penopang ekonomi masyarakat dalam hal ini listrik sebagai infrastruktur untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.

Sementara itu, Ketua Program Pengembangan Hutan Energi Prof. Fredrik Benu mengatakan, dari 2 unit mesin akan menghasilkan daya sebesar 16,5 megawatt dengan kebutuhan 523 Ton per unit. 2 unit mesin ini maka butuh biomasa kering untuk substitusi batubara dalam proses co-firing.

“Kita juga melihat potensi bagian selatan Pulau Timor ini punya potensi pengembangan lamtoro untuk Peternakan rakyat dan co firing. Luas lahan disini mencapai 3.000 Ha yang dapat dimanfaatkan untuk program transformasi hijau. Jadi kita bangun integrasi program ini untuk biomassa pada suplai co-firing dan peternakan rakyat,” ungkap Prof Fredrik.

Rektor Undana Dr. Maxs U.E. Sanam, menjelaskan, kerja sama terkait dengan co-firing biomassa ini sangat luar biasa dengan Desa Oetuke sebagai desa contoh pilot project pemanfaatan co-firing.

“Ini merupakan bagian dari peranan kampus pada pengabdian bagi masyarakat melalui kolaborasi Undana bersama Pemerintah Provinsi NTT serta PLN. Ini juga membuka ruang bagi kampus dan mahasiswa serta akademisi untuk mengembangkan ilmu diluar kampus sesuai dengan model pembelajaran Kampus Merdeka (Merdeka Belajar),” ujarnya.

Ditempat yang sama, General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Provinsi NTT Fintje Lumembang menjelaskan, pemanfaatan biomassa untuk co-firing PLN sangat mendukung program pemerintah menuju zero emisi pada tahun 2060 mendatang.

“Tahun ini PLN kita sudah punya 33 Pembangkit Listrik yang memakai teknologi Co-firing, dua diantaranya ada di NTT. Ada satu di PLTU Bolok dan di PLTU Ropa-Flores. Pemanfaatan hutan energi ini sangat menjanjikan sesuai dengan transmormasi energi green untuk menghasilkan biomassa menggantikan batubara,” ungkap Fintje. (HT)

 

Exit mobile version