Site icon Suara NTT

Komisi II DPRD NTT Kunker ke Tempat Pembangunan Insinerator di Manulai

Suara-ntt.com, Kupang-Komisi II DPRD Provinsi NTT melakukan kunjungan kerja (kunker) ke tempat pembangunan insinerator di Manulai Kota Kupang.

Kunker itu dipimpin langsung oleh Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT, Chris Mboik bersama Ketua Komisi II DPRD Provinsi NTT, Kasimirus Kolo dan anggota serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Ketua Komisi II DPRD Provinsi NTT, Kasimirus Kolo mengatakan, pembangunan tempat insinerator tersebut diatas lahan seluas 4,7 hektar dan sekarang lagi dikerjakan oleh kontraktor atau rekanan. Saat ini, jalan menuju ke lokasi sudah dikerjakan oleh rekanan kurang lebih 600 meter. Dan kontraktor sudah membangun beberapa item-item pekerjaan yang ada di sekitar tempat pembangunan insinerator itu.

“Dan kita berharap agar rekanan kerjakan dengan baik karena itu akan menjadi tempat penyimpanan mesin tersebut. Karena seluruh sampah B3 dan medis akan dilakukan pembakaran disana,” kata dia usai melakukan kunjungan kerja kepada wartawan di Gedung DPRD Provinsi NTT, Kamis (11/6/2020).

Selain itu kata dia, untuk pembakaran sampah B3 dan medis maka Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTT didorong untuk membangun ekowisata. Karena kawasan seluas 4,7 hektar yang ada sudah diserahkan ke pemerintah untuk pembangunan tempat insinerator. Dengan demikian, persoalan limbah B3 dan medis di pulau Timor bisa teratasi. Untuk pulau Sumba juga akan dibangun disana begitu pula dengan pulau Flores.

“Memang lahan itu diklaim oleh beberapa pihak bahwa itu milik mereka. Tapi dinas sudah menyelesaikan masalah tersebut karena itu merupakan kawasan. Dan mereka sudah bersedia serahkan lahan itu untuk dibangun tempat insinerator,”ungkapnya.

Lihat Pengembangan Kambing Etawa

Pada kesempatan itu, Komisi II DPRD NTT melanjutkan kunjungan kerja ke Instalasi Peternakan di Sumlili Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang.

Komisi II ingin melihat kondisi riil instalasi itu seperti apa karena disana ada pengembangan kambing-kambing etawa.

“Kita dorong supaya pengembangannya jauh lebih baik dari kondisi sekarang ini. Karena kita lihat kambing-kambing etawa yang ada sekarang ini kurus-kurus dan perlu digemukan lagi. Mungkin kurus karena kekurangan pakan dan air.

Ada pengeluhan soal air karena susah untuk melakukan pengeboran. Tapi kita mendorong bagaimana pemerintah itu ada upaya mencari sumber air supaya mendukung instalasi itu,”pintanya.

Dikatakan, jika kambing etawa dikembangkan dengan baik maka prospek ke depan akan bagus dan sangat menjanjikan.

“Hanya di NTT ini kita sudah terbiasa dengan kambing lokal dan belum terbiasa dengan kambing etawa. Karena cara perawatannya butuh cara khusus dan berbeda”.

“Dulu kambing etawa ini dihibahkan dengan sapi dan babi ke kelompok masyarakat. Tapi sudah dua dan tiga tahun terakhir ini tidak ada lagi. Saya tidak tahu apakah karena jumlahnya sangat terbatas sehingga tidak dihibahkan lagi,”pungkasnya.

Untuk mendapatkan kambing etawa ini, masyarakat bisa membeli karena sudah ada perda yang mengatur harganya.

Kemudian Komisi II melanjutkan kunjungan ke pusat layanan umum terpadu (PLUT) Dinas Tenaga Kerja, Trasmigrasi, Koperasi dan UMKM Provinsi NTT. Itu merupakan tempat untuk memasarkan hasil-hasil kerajinan dari UMKM yang ada.

“Dan saya kira itu sangat bagus tinggal didorong untuk lebih tumbuh dan berkembang dari hari ini,”bebernya. (Hiro Tuames)

Exit mobile version