Laboratorium Biomolekuler Kesehatan NTT Masih Kekurangan Tenaga Pool Test

oleh -202 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Kendala yang dihadapi oleh Tim Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah tenaga atau personil pool test (laboran) masih sangat terbatas. Dimana tim laboran yang menjalankan tugas itu hanya tiga orang yang stand by setiap saat.

“Mungkin kendala utama kita saat ini adalah personilnya. Jadi saat ini untuk menjalankan pool test itu maka arena harus atraksi secara manual dan tim laboran yang menjalankan tugas itu hanya tiga orang yang stand by untuk melakukan itu,” kata anggota Laboraterium Biokesmas, Alfredo Kono, Ph.D kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Alfredo mengatakan, untuk sarana dan prasarana sendiri saat ini Dinas Kesehatan Provinsi NTT sudah menyediakan alat-alat standar yang dibutuhkan sehingga mereka bisa beroperasi. Dimana ada satu mesin Q- PCR yang mampu menganalisis 96 sampel yang baru dibeli.

Dikatakan, saat ini pihaknya juga mempunyai mesin PCR BP POM memiliki 32 sumur yang bisa digunakan dan menjadi alat utama. Sedangkan yang baru dibeli itu dalam proses optimasi. Namun itu akan menjadi bagian dari peralatan yang akan digunakan.

“Dan kecepatan mereka untuk melakukan pool test itu jika digunakan maka minimal satu hari kita bisa menganalisis sekitar 500 sampel,”ungkapnya.

Dijelaskan, untuk menambah personil yang ada maka pihaknya akan merekrut tambahan tenaga laboran agar bisa menambah kapasitas dan mempercepat pool test.

“Mungkin minggu depan kita akan rekrut tambahan tenaga laboran sehingga kita bisa membantu tim atraksi virus dan ruang PCR serta bisa menambah kapasitas tes dan itu yang kami lakukan sekarang. Selain itu ada beberapa metode baru yang kami coba di lab supaya mempercepat pool test ini,”bebernya.

Koordinator Forum Academia NTT (FAN), Dr. Dominggus Elcid Li mengatakan, ke depan akan dibangun Laboratorium Biomolekuler di Pulau Flores dan Pulau Sumba. “Ini sebenarnya dari mimpi kami, yang pertama kami selalu bilang idealnya lima,” katanya.

“Sebenarnya ini bukan sesuatu yang baru, karena waktu dalam pelatihan di Politani, Pak Gubernur sendiri mengatakan tiga. Satu di sini (Kota Kupang), satu di Flores dan satu di Sumba. Kami sih maunya lima,” ungkapnya.

Menurutnya, di tahap ini, yang dilakukan adalah sharing pengetahuan laboran dan ditraining dengan harapan mereka bisa kembali ke daerah masing-masing karena para laboran ada yang berasal dari Sumba dan Flores sehingga ketika suatu waktu sudah punya alat, para laboran sudah bisa beroperasi.

“Apakah pemerintah mau menginvestasikan Rp 4,4 miliar untuk alat? Kalau misalnya satu kabupaten sumbang Rp 1 miliar sebenernya itu sudah jadi. Apakah mereka mau atau tidak,”pintanya.

Ketua Tim Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT, Fima Inabuy mengatakan, dalam sejarah NTT anak cucu jangan sampai lupa bahwa pernah tahun 2020 ketika pandemi covid-19 melanda ada suatu inisiatif masyarakat yang kemudian akhirnya didukung penuh oleh pemerintah.

“Itu sangat penting karena selama ini kita terbiasa dengan pola pemerintah yang punya program warga dukung atau warga ikut saja. Saat ini inisiatif itu ada di warga dan itu dimotori oleh FAN NTT,”ungkapnya.

Dikatakan, untuk proses pencegahan akan dikonsultasikan dengan ahli epidemiologi dan pengambil kebijakan-kebijakan di Dinas Kesehatan Provinsi NTT karena agenda prioritas pada awalnya ingin untuk mengetes semua wilayah atau kabupaten serta kelurahan terutama didalamnya ada orang yang posetif covid-19. Namun terlihat dalam sebulan terakhir penyebaran posetif covid-19 terbesar adalah pelaku perjalanan.

“Satu bulan yang lalu itu menjadi target pertama kita untuk bergerak. Kita sudah berbicara dengan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTT, Kepala Angkasa Pura, Kepala Pelabuhan, dan pimpinan beberapa maskapai penerbangan untuk membicarakan hal itu. Akan tetapi dalam perjalanan waktu dimana akumulasi sampel covid-19 mencapai 3.000 lebih sampel di RSUD Johanes Kupang maka kami harus menggeser prioritas itu untuk terlebih dahulu membantu mengurai sampel tersebut,”ujarnya.

Dijelaskan, prosesnya nanti bekerjasama dengan RSUD Prof. W.Z Johanes Kupang untuk memprioritaskan sampel-sampel hasil kontak tracing karena pool test ini akan efektif apabila jumlah posetifnya tidak terlalu tinggi atau dibawah 10 persen. Sehingga orang-orang yang bergejala sakit akan tetap diperiksa oleh dokter patoklinis di RSUD Prof. W. Z. Johanes Kupang.

“Kami melakukan screning untuk kelompok pasien posetif covid-19 yang beresiko rendah yaitu nanti kami akan meminta sampel yang kategorinya adalah sampel-sampel hasil kontak tracing,”pungkasnya.

Lebih lanjut kata dia, pihaknya sedang merekrut sedikitnya 16 orang untuk bekerja sebagai tenaga laboran karena masih kekurangan untuk menambah kapasitas dan mempercepat pool test.

Sementara dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT sendiri lagi merekrut 25 orang tenaga laboran untuk ditempatkan di daratan Flores, Sumba, Timor, Rote Ndao dan Sabu Raijua. (Hiro Tuames)