Mampir di Pasar Kalabahi, Gubernur VBL Kelakar dengan Pedagang dan Ajak Pakai QRIS Bank NTT

oleh -133 Dilihat

BORONG. Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, didampingi Bupati Alor, Amon Djobo, Prof Daniel Kameo, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, ketika berkunjung ke Pasar Terbakar yang terletak di jantung kota Kalabahi, Alor, Kamis (9/6) siang.

Suara-ntt.com, Kalabahi-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, dalam kunjungan kerjanya ke Kalabahi Kabupaten Alor, Kamis (9/6), menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pasar Terbakar, Kalabahi. Pasar tradisional ini terletak di jantung kota, tepatnya di Kelurahan Nusa Kenari Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor.

Di pasar ini, telah menanti setidaknya 700 orang pedagang yang berasal dari baik itu Pasar Terbakar sendiri maupun dari Pasar Kadelang yang sementara dalam tahapan pembangunan kembali oleh Pemerintah Kabupaten Alor. Setibanya gubernur disana, Gubernur Viktor langsung turun dari mobilnya dan menuju ke pedagang yang sudah menanti.

Didampingi Bupati Alor, Amon Djobo, Staf Khusus Gubernur bidang ekonomi, Prof Daniel Kameo, dan Wakil Bupati, Imran Duru dan Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho serta sejumlah pejabat lainnya, gubernur berbelanja sejumlah barang. Tak luput, dia membeli sirih dan pinang dari lapak milik Mama Orpa Wenyi.

Ketika didatangi, Mama Orpa yang mengenakan setelan hijau tua itu pun menyambutnya dengan sapaan penuh kekelargaan.

“Selamat datang bapak gubernur, disini ada sirih pinang, silahkan beli. Mari beli sudah bapak gubernur,”ujarnya sembari tersenyum. Yang disapa pun langsung menyentuh pinang muda yang berada di depannya.

“Ini berapa, ini sirih juga berapa,”tanya sosok yang kerap disingkat namanya VBL itu sembari menunjuk pinang maupun sirih yang masih segar. Dijawab oleh Mama Wenyi sembari menyebut harganya, dan gubernur pun langsung memintanya membungkus beberapa buah untuk dibawa pulang. Sontak Mama Wenyi berseru kegirangan. “Terimakasih bapak gubernur, nanti datang lagi ee,”ujarnya disambut tawa pedagang lainnya.

Namun ada yang menarik dari transaksi siang itu, yakni gubernur membayar dengan menggunakan layanan non tunai yang sedang giat disosialisasikan oleh Bank NTT yakni Quick Respond Code Indonesia Standard (QRIS), atau layanan pembayaran digital yang dihadirkan oleh Bank Indonesia (BI).

Pasar terbakar, Kalabahi adalah satu-satunya pasar di Alor yang para pedagangnya sudah bisa menerima pembayaran secara digital. Setidaknya ada puluhan pedagang pasar yang menjadi merchant QRIS Bank NTT ini dibuktikan dengan identitas yang digantung pada bagian depan lapak mereka.

“Saya beli pake QRIS ya,”ujar gubernur yang sesaat kemudian, setelah transaksinya berhasil, menginformasikannya ke Mama Wenyi “Sudah langsung masuk ya ke rekeningnya.” Sembari berkelakar dengan Mama Wenyi, gubernur mengajak mereka untuk terus menjadi merchant QRIS.

Mama Wenyi pun mendekatkan wajahnya ke HP dan mengecek, ternyata benar, transaksinya berhasil. Dia pun tertawa kegirangan.
Suasana pasar menjadi riuh, karena beberapa ibu penjual kue rambut, jagung titi, ikan kering serta sirih pinang yang bersuara keras, dengan nada kelakar meminta gubernur untuk mampir sekalian memborong semua dagangannya. Yang disapa pun mampir, dan berbelanja aneka kebutuhan baik itu ikan kering, cabe, sayur dan masih banyak lagi.

Untuk diketahi bahwa Bank NTT saat ini sedang giatnya melakukan digitalisasi terhadap pasar-pasar tradisional di NTT. Tak luput, sejumlah pasar yang menjadi ikon di setiap daerah, sudah ‘dimasukinya’. Sebut saja Pasar Inpres Naikoten Kupang dan pasar-pasar lainnya di Kupang, Pasar Wee Karou, Waikabubak Sumba Barat, Pasar Bobou di Bajawa, Kabupaten Ngada yang pada 1 Juni kemarin dikunjungi Presiden RI, Joko Widodo, serta Pasar Batu Cermin, Labuan Bajo. Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho menyebutkan bahwa sudah banyak pasar yang menjadi sasaran Bank NTT dalam mensosialisasikan layanan pembayaran secara digital.

Atas andil Bank NTT, maka BI mencatat sejauh ini NTT mengalami kenaikan sebesar 338 persen merchant Qris, atau meningkat dari 31.000 menjadi 105.000. dan ini mendapat apresiasi dari BI sebagai regulator. (Humas Bank NTT/HT)