Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan data asosiasi perunggasan, masyarakat Indonesia rata-rata hanya mengkonsumsi 3 butir telur dalam seminggu. Namun bersedia membeli rokok rata-rata sehari 3 batang rokok bahkan lebih. Ini adalah kondisi yang memprihatinkan dan perlu diubah.
Selain itu konsumsi telur masyarakat Indonesia hanya 130 butir per orang per tahun (sebelum pandemi), sedangkan konsumsi rokok masyarakat Indonesia mencapai lebih dari 1.300 batang per orang per tahun.
“Masyarakat Indonesia rata-rata hanya mengkonsumsi 3 butir telur seminggu, tapi bersedia membeli rokok rata-rata sehari 3 batang rokok. Ini adalah kondisi yang memprihatinkan dan perlu kita ubah”.
“Banyak orang takut makan telur karena takut kolesterol tapi tidak takut merokok yang jelas-jelas ada peringatan bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan jantung, paru-paru, ibu hamil dan sebagainya,”kata Ketua Panitia Pusat Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) 2021 Ricky Bangsaratoe pada Puncak Acara Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) ke- 11 dan World Egg Day (WED) 2021 di NTT pada Jumat, 15 Oktober 2021.
Ricky Bangsaratoe mengatakan, sebagian masyarakat Indonesia belum menyadari bahwa telur dan daging ayam adalah sumber protein yang sangat murah dan berkualitas. Dibandingkan harga rokok, maka harga sebutir telur itu kurang lebih sama dengan sebatang rokok.
Ia menambahkan, berdasarkan Data OECD, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia di atas Philipina dan Vietnam, namun konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia kalah dengan dua negara tersebut.
“Berdasarkan fakta di atas kita bisa simpulkan bahwa konsumsi daging ayam dan telur yang masih rendah itu bukan semata-mata karena daya beli masyarakat melainkan karena pola belanja masyarakat yang tidak berorientasi prioritas pada kesehatan dan kecerdasan, serta kurangnya pemahaman gizi masyarakat,”ujarnya.
Dia mengatakan, ketakutan masyarakat akibat isu negatif mengenai ayam dan telur juga perlu diluruskan. Misalnya ada anggapan bahwa ayam pedaging (broiler) bisa cepat besar karena disuntik hormon. Hal ini sama sekali tidak beralasan karena harga hormon satu kali suntik bisa mencapai 5 USD (Rp 60.000), padahal harga ayam di tingkat peternak kurang dari 20 ribu/ekor.
Ricky Bangsaratoe yang juga sebagai Ketua Bidang usaha, Promosi dan Sosial di Pinsar Indonesia (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia) menjelaskan, kegiatan edukasi protein ayam dan telur 2021 merupakan rangkaian kegiatan menuju acara Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang jatuh pada 15 Oktober 2021 dengan tema ‘Ayam dan Telur Tingkatkan Imunitas dan Kesehatan’
Alfred Kompudu dari perwakilan FAO Indonesia (Food and Agriculture Organization) menjelaskan, proses pertumbuhan ayam broiler yang saat ini lebih cepat dibanding dengan 30 tahun lalu itu adalah karena hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genetika sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus (genetic improvement). Hal ini juga terjadi pada padi, jagung dan komoditi pertanian lain yang telah melalui proses perbaikan genetik sehingga dihasilkan komoditi yang lebih produktif.
Begitu pula ketakutan masyarakat bahwa telur penyebab bisul. Kasus ini hanya terjadi pada orang-orang tertentu yang menderita alergi telur. Bagi orang sehat, tidak usah khawatir akan bahaya telur, karena justru telur mengandung protein hewani yang sangat lengkap dan bahwa harga protein yang dikandung telur sangat murah dibanding sumber protein lainnya.
Berdasarkan kajian Agribiznetwork.com jika kita menilai harga makanan sumber protein berdasarkan harga per gram protein, maka harga protein daging dan telur ayam termasuk paling murah. Harga protein telur hanya Rp 200/gram, sedangkan harga protein dalam daging ayam hanya Rp 189/gram, lebih murah dibanding harga protein susu dan daging sapi. Selain itu ayam dan telur mengandung asam amino assensial yang bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan otak.
Kandungan gizi dalam ayam dan telur juga berperan dalam meningkatkan imunitas tubuh. Itu sebabnya banyak perusahaan di kala pandemi covid-19 memberikan 1 butir telur rebus tiap pagi kepada karyawan, dalam rangka meningkatkan imunitas karyawan.
Berdasarkan fakta di atas maka perlu upaya serius untuk melakukan edukasi ke masyarakat mengenai pentingnya ayam dan telur. Dengan peningkatan konsumsi ayam dan telur, masyarakat menjadi lebih sehat dan cerdas, serta imunitas meningkat. Dengan berkembangan konsumsi ayam dan telur, peternakan unggas semakin berkembang sehingga menggerakkan roda ekonomi nasional. (Hiro Tuames)