Suara-ntt.com, Kupang-Masyarkat Nusa Tenggara Timur (NTT) diminta konsumsi daging ayam dan telur untuk meningkatkan imunitas kesehatan.
“Masyarakat perlu konsumsi daging ayam dan telur untuk tingkatkan imunitas tubuh kita,” kata Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Drh. Agus Sunanto pada Puncak Acara Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) ke- 11 dan World Egg Day (WED) 2021 di NTT pada Jumat, 15 Oktober 2021.
Agus mengatakan, konsumsi daging dan telur ayam di negara Indonesia tergolong masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan negara lain.
“Kalau dibandingkan dengan Malaysia, mereka konsumsi 300 butir telur pertahun dan 20 kg daging per tahun. Sementara Indonesia hanya konsumsi 130 butir telur, dan 9 kg daging per tahun,” ujarnya.
Menurutnya, ayam dan telur merupakan sumber protein yang perlu di tingkatkan untuk dikonsumsi oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya warga Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Jadi kita perlu tingkatkan konsumsi ayam dan telur. Selain itu tingkatkan juga konsumsi ikan, karena NTT memiliki hasil laut yang luar biasa,” jelasnya.
Dikatakan, konsumsi ikan perlu ditingkatkan bagi masyarakat NTT, karena laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) miliki hasil yang bagus, sehingga perlu dimanfaatkan secara baik.
“Jadi konsumsi protein ikan juga perlu kita tingkatkan. Apalagi di NTT karena konsumsi ikan kita masih 55,9 persen. Sedangkan target kita harus 62 kg per tahun,” ungkapnya.
Untuk diketahui bahwa Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) ke- 11 dan World Egg Day (WED) 2021 diselenggarakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk pertama kalinya.
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indoesia (Pinsar), dengan mengusung tema ayam dan telur tingkatkan imunitas kesehatan.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Johana
Lisapally mengatakan, Dinas Peternakan tengah mendorong dan memotivasi kepada para peternak, untuk terus beternak ayam maupun ternak lainnya.
Menurutnya, dengan beternak ayam, otomatis putaran ekonomi masyarakat akan semakin cepat dan bagus. Sehingga pihaknya akan berikan pendampingan dari tenaga lapangan, baik dari provinsi maupun Kabupaten/Kota.
“Karena kalau pelihara ternak, saya rasa pemasaran tidak sulit, karena sebetulnya memang kita masyarakat sangat membutuhkan ternak ayam,” jelas Lisapally.
Untuk merealisasikan, pihaknya akan berikan bantuan dan hibah ternak bagi setiap kelompok untuk memberikan motivasi kepada masyarakat untuk tetap semangat memelihara ternak.
“Sehingga menekan impor daging dari luar, karena harganya lebih murah. Maka itu pemerintah mengambil kebijakan dengan memberikan hibah ternak dan membangun pakan ternak, agar peternak tidak kesulitan,” terangnya.
Dia menambahkan, untuk masalah stunting di NTT, Pemprov NTT telah berkomitmen dengan seluruh kepala daerah, untuk menekan angka stunting hingga 10 persen pada tahun 2023 mendatang.
“Jadi komitmen dari seluruh pimpinan dan gubernur bahwa, tahun 2023, stunting di NTT harus diturunkan ke angka 10 persen. Bila perlu hingga 1 digit,” tandasnya.
Ketua Panitia Pusat HATN, Ricky Bangsaratoe, mengatakan, tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan, ditandai dengan pola konsumsi makanan bergizi, seimbang dan aman.
“Ini merupakan investasi untuk membentuk sumber daya yang berkualitas dan sangat berkaitan dengan kesehatan, sehingga menjadikan masyarakat yang tangguh dan daya tahan yang tinggi,” jelasnya.
Dia menjelaskan, kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi, khusunya protein hewani dan peningkatan produksi peternakan, merupakan tanggungjawab bersama.
“Ini tentu menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai rakyat Indonesia untuk selalu berperan aktif memberikan edukasi terkait pentingnya konsumsi protein bagi masyarakat.
Atas inisiatif Pinsar Indonesia (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia), ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia) dan didukung oleh asosiasi-asosiasi peternakan dan kesehatan hewan, mulai tahun 2013 lalu acara HATN dan Hari Telur Sedunia mulai dilakukan di berbagai provinsi antara lain; Denpasar-Bali tahun 2013, Makassar- Sulsel tahun 2014, Palembang-Sumsel tahun 2015, Banjarbaru-Kalsel tahun 2016, Lombok- NTB tahun 2017, Manado-Sulut tahun 2018, Pekanbaru-Riau tahun 2019, Samarinda-Kaltim tahun 2020 dan Kupang-NTT tahun 2021
Mulai tahun 2021, acara kegiatan edukasi ayam telur dilakukan sepanjang tahun mulai Maret 2021 dimana kegiatan edukasi ayam telur dimulai di Jakarta , Jawa barat dan kemudian acara puncaknya di Kupang NTT bulan Oktober.
Dengan kegiatan edukasi yang berkesinambungan dan menggunakan berbagai media, diharapkan masyarakat Indonesia di berbagai daerah makin memahami perlunya protein hewani ayam dan telur untuk imunitas dan kesehatan. (Hiro Tuames)