Site icon Suara NTT

Masyarakat NTT diminta Terapkan Pola Prilaku Hidup Bersih dan Sehat

Suara-ntt.com, Kupang-Hari Keluarga Nasional (Harganas) merupakan salah satu hari nasional yang diperingati setiap tanggal 29 Juni. Harganas dibentuk sebagai peringatan kepada masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga. Karena Keluarga dianggap memiliki peran besar sebagai upaya memperkuat ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dan dari keluargalah kekuatan dalam pembangunan suatu bangsa akan muncul.

Anggota Komisi V DPRD Provinsi NTT, dr. Christian Widodo mengatakan, dalam rangka peringatan Harganas ke-28 di masa pandemi COVID-19 dan masalah-masalah yang dihadapi bangsa saat ini, masyarakat NTT diminta untuk menerapkan pola prilaku hidup bersih dan sehat. Hal itu dilakukan untuk menghindari berbagai penyakit yang akan menyerang.

“Harapan saya yang paling relevan dengan situasi bangsa saat ini adalah keluarga-keluarga Indonesia terkhusus keluarga-keluarga di NTT agar lebih  mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat kepada anggota keluarga. Selain itu nilai-nilai berbagi kepada sesama dan rasa toleransi antar umat beragama yang tinggi,” kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi NTT ini.

Dikatakan, pembangunan keluarga menjadi hal yang paling penting bagi kemajuan bangsa. Dalam lingkungan keluarga, anak akan mempelajari berbagai hal seperti karakter, disiplin, nilai-nilai kebenaran, toleransi, gotong royong dan lain sebagainya yang akan dijadikan bekal untuk masa depannya kelak. Dan anak-anak inilah yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas

Untuk mewujudkannya, orang tua perlu membangun pola asuh yang tepat untuk membentuk karakter yang berkualitas di kemudian hari.
Keluarga yang sehat, bahagia dan sejahtera adalah cerminan dari suatu bangsa yang maju. Oleh karena itu membangun ketahanan keluarga adalah hal yang sangat penting.

Selain itu kata dr. Chris untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, pencegahan stunting menjadi sangat penting. Dengan demikian, penanganan stunting harus dilakukan dari hulu sampai hilir, bukan saja saat bayi lahir tetapi sejak calon orang tua akan menikah.

“Mereka harus dibekali dengan pengetahuan bagaimana mencegah stunting. Peran seorang ayah juga penting, di samping itu pemerintah harus memiliki inovasi dan terobosan-terobosan baru dengan pola pendekatan sosial budaya masyarakat kita,”ujarnya. (Hiro Tuames)

Exit mobile version