Site icon Suara NTT

Mencari Sosok Pemimpin di Kota Ini

Oleh : Verry Guru
(ASN Pemprov NTT/Warga Kayu Putih Kota Kupang)

Suara-ntt.com, Kupang-MASYARAKAT di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terkhusus di Kota Kasih-Kupang, pada 14 Februari 2024 yang lalu telah memberikan hak suaranya untuk memilih pemimpin bangsa ini. Masyarakat yang memiliki hak suara telah berpartisipasi dengan baik untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden RI, para wakil rakyat baik yang duduk di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) maupun di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Hasilnya telah diketahui bersama. Meski masih ada pihak atau kalangan tertentu yang belum siap menerima hasil tersebut. Tapi, sudahlah…!

Setelah jedah dan berdiam diri sejenak, saat ini elit partai politik (Parpol) baik di level nasional, tingkat provinsi, kabupaten dan kota kembali sibuk. Mereka sedang menyiapkan diri, taktik dan strategi politik yang jitu untuk memenangkan figur pemimpin baik untuk pemilihan gubernur maupun pemilihan bupati/walikota Kupang.
Karena itu, artikel yang sederhana ini hanya fokus atau tertuju dalam membidik siapa sesungguhnya sosok yang layak dan dipercaya oleh masyarakat Kota Kupang? Meski proses politik masih cair, dinamis dan bergulir di dalam tubuh Parpol; namun sejumlah nama telah digadang-gadang untuk memimpin Kota Kupang periode 2024-2029 mendatang.

Santer sejumlah nama figur yang selalu didengar; baik di sudut-sudut sempit warung kopi, di ruang-ruang perkantoran pemerintahan, di arena pasar, dalam suasana arisan keluarga maupun momentum lainnya ada nama seperti : Jonas Salean (mantan Wali Kota periode 2012-2017, kini Anggota DPRD NTT Dapil Kota Kupang Fraksi Partai Golkar dan juga Ketua DPD II Partai Golkar Kota Kupang), Jefri Riwu Kore (mantan Wali Kota Kupang periode 2017-2022, anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat, mantan Ketua DPD Partai Demokrat NTT), Dokter Herman Man (mantan Wakil Wali Kota periode 2012-2022; dari Wali Kota yang berbeda yakni bersama Wali Kota Jonas Salean dan Wali Kota Jefri Riwu Kore, mantan Kepala Dinas Kesehatan di beberapa Kabupaten yang ada di Provinsi NTT, pegiat LSM dan sejumlah organisasi sosial lainnya, kini menduduki jabatan penting di DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Kupang), George Hadjo (mantan Penjabat Walikota Kupang periode 2022-2023, mantan Kepala Biro Umum Setda Provinsi NTT, Kadis Pemuda Olahraga Provinsi NTT dan Ketua Umum Perkemi NTT), Isyak Nuka (mantan Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTT, Ketua Formatur Ikatan Keluarga Ngada (Ikada) di Kupang), Dokter Christian Widodo (Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia Provinsi NTT, Anggota DPRD NTT periode 2019-2024, kini terpilih kembali untuk periode 2024-2029 dapil Kota Kupang. Masih ada figur-figur top lainnya; yang disebut di dalam artikel ini hanyalah yang mendominasi atmosfir pembicaraan masyarakat Kota Kupang dan sekitarnya.
Namun sebelum mengerucut pada nama figur yang cocok dan layak memimpin ini kota; ada baiknya diintrodusir beberapa nilai yang harus ada dan dimiliki oleh seorang pemimpin sebut saja Walikota Kupang. Nilai-nilai itu antara lain: memiliki aura kepemimpinan, moralitas yang baik, tidak munafik, berkharakter kuat dan peduli terhadap kebutuhan masyarakat kota.
Nilai-nilai seperti kejujuran, rendah hati dan pekerja keras merupakan sari pati dari apa yang sering kali diucapkan banyak orang yakni moralitas. Moralitas merupakan dasar yang kokoh dari seorang pemimpin di kota ini.

Dengan kata lain, moralitas adalah kualitas pribadi seseorang yang ditandai oleh kejujuran, keadilan, keberanian memperjuangkan yang benar, kesadaran akan kewajiban dan tanggungjawab serta penghormatan terhadap martabat luhur manusia. Moralitas juga ditandai oleh sikap adil. Artinya, sikap yang mengakui keberadaan orang lain, yang tidak memanipulasi orang lain demi kepentingan diri sendiri.

Seorang pemimpin yang memiliki kadar moralitas yang baik dan tinggi adalah seorang yang memungkinkan semua orang lain berkembang dan tidak terlalu dikungkung oleh perasaan tidak bebas. Ukuran keberhasilan seorang pemimpin adalah kesanggupan mereka yang dipimpinnya untuk menyatakan pendapatnya. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menyadari bahwa setiap orang harus menjadi penguasa pertama atas dirinya. Semakin lama dia memimpin, semakin menjadi jelas bahwa semakin kecil pula perannya, karena semakin banyak hal sudah disadari dan diambil alih oleh para bawahannya.
Idealitas sang pemimpin yang bermoral terkadang tidak seperti yang diharapkan atau diinginkan. Nah, ini yang repot ! Karena itu, Mochtar Lubis yang dikenal sebagai seorang kritikus dan wartawan senior; saat memberikan ceramah di Taman Ismail Marzuki, 6 April 1977 silam dan isi ceramah itu dibukukan dalam bukunya yang terkenal berjudul Manusia Indonesia : Sebuah Pertanggungjawaban, melansir paling tidak ada enam ciri manusia Indonesia yang masih sangat relevan hingga saat ini.

Ciri manusia Indonesia ini juga termasuk dalam ciri para pemimpin yang ada di daerah ini. Pertama, ciri manusia Indonesia yang sangat menonjol adalah hipokritis alias munafik. Berpura-pura, lain di muka lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia sudah sejak lama, sejak mereka dipaksa oleh kekuatan-kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya dirasakannya atau dipikirkannya ataupun yang sebenarnya dikehendaki. Karena takut akan mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.

Kedua, segan dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya dan sebagainya. Ketiga, jiwa feodalnya. Keempat, masih percaya takhyul. Kelima, cirinya yang artistik. Dan ciri keenam, memiliki watak yang lemah. Karakter kurang kuat. Dia mudah, apalagi jika dipaksa, dan demi untuk “survive” bersedia mengubah keyakinannya.

Kritikan Mochtar Lubis ini sesungguhnya sejalan atau tegak lurus dengan empat tipe atau wajah birokrat (mungkin juga termasuk di Kota Kupang). Pertama, kelompok sanguistik (kelompok orang yang senang tampil spontan). Kedua, kelompok melankolis (kelompok yang selalu bekerja setia, tekun, penuh pikiran dan perjuangan). Ketiga, kelompok collerist (kelompok yang suka berpetualangan, serba mau cepat, mau cepat jadi tapi tidak pernah aman, senang memindahkan persoalan kepada orang lain alias mentalitas Pilatus; suka cuci tangan) dan keempat, kelompok pragmatis (kelompok yang sabar dan selalu mau suasana yang baik).

Di tikungan ini tentunya kita semua sebagai warga masyarakat Kota Kupang berharap agar para elit parpol senantiasa sensitif atau memiliki kepekaan untuk menyodorkan kualitas pemimpin yang dapat menjawab kebutuhan riil masyarakat. Sebab secara historis dan filosofis, kehadiran suatu pemerintahan merupakan produk dari kesepakatan sosial (social contract) dengan tujuan untuk mewujudkan suatu kehidupan masyarakat yang mandiri (mandiri dari aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan), adil dan sejahtera. Karena itu, hakikat kehadiran suatu pemerintahan di tengah-tengah masyarakat adalah untuk melayani dan berbuat baik dalam memenuhi berbagai kebutuhan rakyat baik layanan public maupun layanan civil. Artinya bahwa terbentuknya suatu pemerintahan, bukanlah untuk melayani dirinya akan tetapi untuk melayani (service), memberdayakan (empowering) dan membangun (develop) rakyatnya.
Dalam konstelasi yang demikian, maka suatu pemerintahan akan bermakna dan dipercaya oleh rakyatnya, tatkala sang pemimpin sanggup secara dini menyediakan dan mendistribusikan berbagai alat pemenuhan kebutuhan rakyat dengan adil dan tepat pada waktunya. Dalam konteks yang lebih elegant, pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang secara dini mencermati dan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyat (sensitif) dan secara dini pula memenuhinya sebelum rakyat memintanya (responsif). Itulah konsekuensi dari spiriit seorang pemimpin.

Untuk menutup artikel ini, ijinkan saya mengutip Kitab Amsal 10:19-21. “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya. Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi.

Nah, adakah sosok pemimpin yang cakap untuk memimpin ini Kota? Hanya elit parpol dan rakyat Kota Kupang yang dapat menjawabnya. Selamat berjuang…!!!

Exit mobile version