Suara-ntt.com, Kupang-Berkat perjuangan dan kerja keras serta keinginan Pemerintah Kota Kupang untuk memiliki tenunan khas daerah sendiri akhirnya terjawab dan membuahkan hasil.
Buktinya melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kupang yang diketuai Nyo. Hilda Riwu Kore-Manafe yang juga selaku Ketua TP PKK Kota Kupang, motif bunga flamboyan atau dengan nama lokal bunga sepe menjadi ikon tenunan khas daerah Kota Kupang telah terdaftar dan mendapatkan Surat Pencatatan Ciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia guna mendapatkan perlindungan hukum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Seremonial penyerahan Surat Pencatatan Ciptaan bernomor 000209238 berlangsung Selasa (9/3/2021) di lantai 2 kantor Wali Kota Kupang. Penyerahan dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Provinsi NTT, Marciana D. Jone, SH kepada Ny. Hilda Riwu Kore-Manafe selaku pencipta motif tenun ikat motif sepe.
Selanjutnya diserahkan Surat Pencatatan Ciptaan kepada Pemerintah Kota Kupang selaku pemegang hak cipta yang diterima oleh Sekda Kota Kupang, Fahrensy P. Funay, SE, M.Si. Prosesi penyerahan tersebut disaksikan oleh para tamu undangan yang hadir di antaranya Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, SH, MM, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Daniel Agus Prasetyo, Asisten II Sekda Kota Kupang, Ir. Elvianus Wairata, M.Si, Ketua Bhayangkari Polres Kupang Kota, Ny. Yunita Satria Perdana, Ketua DWP Kota Kupang, Ny. Lousie Marlinda Funay-Pelokila, beberapa pimpinan perangkat daerah serta para Camat.
Dalam sambutan Kepala Kanwil Kemenkumham Provinsi NTT, Marciana D. Jone, SH menyampaikan proficiat kepada Ny. Hilda Riwu Kore-Manafe selaku Ketua Dekranasda Kota Kupang yang menurutnya telah melakukan karya intelektual anak bangsa yaitu menciptakan motif tenun ikat sepe. Dikatakan, adanya penyerahan surat pencatatan ciptaan ini maka secara hukum tenun ikat motif sepe karya Ibu Hilda dilindungi oleh negara.
“Ketika di kemudian hari apabila ada para pihak yang tidak bertanggung jawab mencoba-coba mengklaim untuk menenun dengan motif yang sama maka itu akan masuk pada ranah pidana,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Kepala Kanwil Kemenkumham Provinsi NTT juga menyampaikan potensi kekayaan intelektual di Kota Kupang yang belum mendapatkan perlindungan secara baik. Padahal menurutnya hal ini bisa dilakukan dengan bantuan Pemerintah Kota. “Ada banyak kelompok tenun ikat yang ada di Kota Kupang, tolong bantu mereka untuk mendaftarkan karya cipta mereka, karena ketika mereka tidak didaftarkan sangat disayangkan harga mereka itu bisa dipermainkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan mereka mendapatkan keuntungan yang sangat sedikit,” ucapnya.
Dijelaskannya, saat ini di Kota Kupang yang sudah terdaftar untuk mendapatkan kekayaan intelektual personal sebanyak 75 untuk merek, 10 untuk hak cipta, salah satunya karya Ketua Dekranasda Kota Kupang dan 11 paten. Namun menurutnya, sesuai data yang dimiliki Kanwil Kemenkumham, di Kota Kupang masih terdapat 10.217 usaha mikro dan 1.352 usaha kecil. Total secara keseluruhan 11.569 UMKM yang memiliki potensi untuk didaftarkan, namum belum dilakukan.
Ketua Dekranasda Kota Kupang, Ny. Hilda Riwu Kore-Manafe selaku pencipta motif tenun ikat sepe mengungkapkan awal dirinya terinspirasi dari bunga flamboyan atau sepe yang dianggapnya unik. “Sepe merupakan bunga yang mempunyai keunikan tersendiri karena bunga sepe hadir di Kota Kupang hanya pada bulan September hingga Desember yang menggambarkan Natal akan tiba,” ungkapnya.
Ia mengisahkan ikhwal dirinya menjadikan motif bunga sepe menjadi ciri khas tenunan Kota Kupang karena sejak menjabat sebagai ketua Dekranasda, dirinya melihat daerah atau kabupaten lainnya di NTT memiliki tenunan khas sendiri lengkap dengan aksesorisnya sedangkan Kota Kupang belum ada.
“Dari situ saya terinspirasi bahwa kita harus punya motif khas kota yang tepat dan kita lihat disini banyak sekali sepe yang mengingatkan natal sudah dekat, unik sekali, itu yang menginsiprasi sepe menjadi ikon Kota Kupang,” tuturnya.(HT/Tim)