NTP NTT Alami Penurunan di November 2020

oleh -192 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 271 kecamatan di NTT pada November 2020, nilai tukar petani (NTP) di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami penurunan dibandingkan bulan Oktober 2020 yaitu sebesar 0,01 persen.

“Penurunan ini disebabkan oleh
meningkatnya indeks terima (harga komoditas hasil produksi) tidak sebanding dengan peningkatan indek bayar (harga
komoditas konsumsi) sehingga dapat disimpulkan bahwa daya tukar petani belum mengalami perbaikan yang signifikan,”kata
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Darwis Sitorus secara daring melalui live streaming, Selasa, 01 Desember 2020.

Darwis mengatakan, NTP bulan November 2020 didasarkan pada perhitungan NTP dengan tahun dasar 2018 (2018=100).

Penghitungan NTP tersebut kata dia, mencakup 5 subsektor, yaitu subsektor padi dan palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan serta perikanan.

Dikatakan, pada bulan November 2020, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 96,28 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 95,10 untuk subsektor tanaman padi-palawija (NTP-P); 99,71 untuk sub sektor hortikultura (NTP-H); 95,91 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 102,33 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt) dan 92,67 untuk subsektor perikanan (NTP-Pi).

Dijelaskan, terjadi penurunan 0,01 persen pada NTP November jika dibandingkan dengan NTP Oktober. Penurunan indeks harga ini disebabkan oleh perubahan harga tingkat petani yang lebih rendah dibanding dengan perubahan harga tingkat konsumen.

Untuk daerah pedesaan terjadi inflasi sebesar 0,18 persen karena dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditi pakaian dan alas kaki.

Lebih lanjut kata dia, NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Dan itu merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan.

“NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani,”pungkasnya. (Hiro Tuames)