Site icon Suara NTT

NTT akan jadi Pusat Bambu Pertama di Indonesia dan Kedua Setelah Tiongkok

Suara-ntt.com, Ende-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat menegaskan bahwa NTT akan menjadi pusat bambu pertama di Indonesia dan kedua setelah Tiongkok.

Gubernur Viktor mengatakan,  pada tahun 2022 ini, Pemerintah Provinsi NTT akan memantau penanaman bambu di sepanjang sungai, di sumber mata air dan juga di lahan kritis dan kawasan hutan sosial.

“Provinsi NTT berkomitmen untuk membentuk 20 desa bambu dan juga industri bambu berbasis masyarakat dengan membangun pabriknya. Dukungan dari pemda setempat sangat diharapkan agar cita-cita memiliki industri bambu dan pabrik bambu setengah jadi dapat segera bisa terwujud,” kata Gubernur beserta seluruh rombongan ketika melakukan kunjungan kerja dan meninjau potensi pengembangan dan produksi bambu di Ekoleta, Desa Roa, Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende.

Untuk diketahui bahwa program penanaman dan pembibitan serta pengambangan bambu itu merupakan program kerja sama antara Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Provinsi NTT dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBL).

Untuk diketahui bahwa di Kabupaten Ende ada 3 desa yang menjadi sasaran program itu, antara lain; Desa Nggesa Biri, Kecamatan Detukeli dan Desa Rateroru serta Desa Roa di Kecamatan Detusoko.

Resmikan Puskesmas Onekore

Dalam kunjungan itu Gubernur VBL  meresmikan Puskesmas Onekore di Kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Tengah. Kegiatan peresmian Puskesmas tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita serta peninjauan berbagai fasilitas di dalam Puskesmas oleh Gubernur NTT.

Dia berharap dengan adanya puskesmas yang dibangun itu  masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal serta yang terutama masyarakat merasa nyaman dengan berbagai fasilitas di Puskesmas tersebut.

Ia juga menyinggung terkait penanganan stunting di Kabupaten Ende.

“Saya juga berterima kasih karena angka stunting turun, tolong dijaga dengan benar, ini sebuah prestasi yang hebat. Namun meski prevalensi stunting di Kabupaten Ende tinggal 12 persen, tetap harus selalu dibutuhkan komitmen penanganan yang melibatkan semua orang.”

“Stunting harus diperangi bersama, untuk itu kita tidak boleh main-main. Kita harus berkolaborasi, baik dari pusat, provinsi, kabupaten hingga ke tingkat kelurahan dan desa,” jelasnya.

Sementara itu Bupati Ende, Djafar Achmad menyampaikan terima kasih kepada Gubernur NTT dan rombongan yang telah berkunjung ke Ende.

“Atas nama masyarakat Kabupaten Ende, saya ucapkan terima kasih dan memberi apresiasi kepada bapak Gubernur serta rombongan yang telah berkunjung ke Ende dengan segala bentuk bantuan dan berbagai perhatiannya. Sayapun berharap bapak Gubernur dapat berkomunikasi dengan bapak Presiden Jokowi agar beliau nanti dapat hadir pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2022 mendatang. Mudah-mudahan rencana tersebut dapat terwujud,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu Gubernur menyerahkan data stunting Kabupaten Ende _by name by address_ kepada Pemerintah Kabupaten Ende yang diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dr. Aries Dwi Lestari.

Selain itu memberikan secara simbolis paket makanan lokal tambahan bagi Bayi dan Balita stunting pada kesempatan tersebut.

Tinjau Kampung Nelayan Arubara

Dalam kunker di Ende, Gubernur NTT meninjau Kampung Nelayan Arubara di Kelurahan Tetandara, Kecamatan Ende Selatan.

Warga kampung Nelayan Arubara begitu antusias menyambut kedatangan orang nomor satu NTT tersebut.

Merekapun berdialog bersama Gubernur NTT terkait pengembangan potensi kelautan.

Gubernur katakan, NTT sangat kaya akan keanekaragaman potensi lautnya namun belum dioptimalkan secara baik sehingga mengajak warga kampung Nelayan Arubara untuk lebih inovatif dalam mengelola potensi laut.

“Harta kekayaan NTT adalah laut. Hampir seluruh komoditi laut dunia ada di Indonesia. Tapi kita kurang baik mengelolanya. Oleh karena itu, mari kita ubah _mindset_ kita sekarang. Kita jangan hanya berharap dari hasil penangkapan ikan. Tapi sekarang yang lebih penting adalah bagaimana kita belajar tentang kemampuan budidaya ikan. Dengan hebat budidaya ikan, kita akan bangun kekuatan kelautan kita,” tegasnya.

“Oleh karena itu, kita rencanakan dengan baik. Pemerintah harus terlibat dan turun langsung bersama masyarakat untuk mulai mengembangkan kemampuan dalam berbudidaya ikan, lobster, rumput laut, dan lainnya yang mana itu merupakan kekayaan laut kita dan jelas itu semua dapat meningkatkan kesejahteraan para masyarakat setempat,”tambahnya.

Dalam kunker di Ende, Gubernur dan rombongan didampingi Bupati dan Wakil Bupati Ende juga meninjau produksi minyak kelapa di Desa Jemburea, Kecamatan Nangapanda.

Menurut Gubernur untuk mengatasi persoalan kelangkaan dan kenaikan harga minyak akhir-akhir ini, agar tidak terjadi lagi, baik dimasa sekarang maupun dimasa mendatang, diperlukan solusi alternatif untuk mengatasinya. Salah satunya adalah membuat minyak kelapa.

“Kita patut bersyukur bahwa kelapa kita di sini sangat banyak jumlahnya. Berangkat dari hal tersebut, saya selaku Gubernur sangat mendukung adanya inovasi-inovasi seperti yang kita lakukan ini, karena setiap persoalan masyarakat yang dihadapi, harus segera diselesaikan secara bersama-sama secara sinergis, berkolaborasi, dengan memanfaatkan secara optimal segala sumber daya dan potensi daerah yang kita miliki,” jelas Gubernur. (HT)

Exit mobile version