NTT Diidentik Sebagai Daerah Rawan Bencana Gempa dan Longsor

oleh -205 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bahwa kondisi wilayah NTT merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari tiga pulau besar yakni Timor, Sumba, dan Flores serta pulau-pulau kecil seperti Rote Ndao, Sabu Raijua, Lembata dan Alor.

“Dari semua pulau ini kita lihat topografinya. Kalau di Timor itu daerahnya datar, condong dan pegunungan sedikit sehingga lebih banyak longsor dan banjir. Kemudian di Flores wilayahnya pegunungan dan berbukit-bukit. Lalu di Sumba wilayahnya lebih besar padang savana sehingga kebakaran hutan sering terjadi apalagi peralihan akhir musim kemarau ke musim hujan. Sementara di Alor wilayah pegunungan dan berpotensi terjadinya gempa,”kata Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Cornelis Wadu kepada wartawan di Kantor Gubernur NTT pada Jumat, 27 September 2024.

Cornelis mengatakan beberapa waktu lalu NTT dilanda musim hujan padahal masih musim kemarau. Hal ini terjadi karena pergeseran atau anomali iklim datanya diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan BPBD NTT dimana ada kolaborasi datanya.

“Pusat data kita ada di Lasiana namanya
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur tentang kebencanaan. Dan kita selalu konek dengan teman-teman BMKG maupun lainnya,”ungkapnya.

“Nah yang terjadi kemarin itu adalah pergeseran Elnino ke Lanino. Pergeseran iklim ini terjadinya dari wilayah Australia,”tambah mantan Kepala Satuan (Kasat) Polisi Pamong Praja (Pol PP) Provinsi NTT ini.

Dikatakan dengan melihat kondisi yang ada maka pihaknya meminta masyarakat dan BPBD Kabupaten untuk menangani kekeringan dengan keterbatasan yang terjadi di musim kemarau.

“Kami difasilitasi oleh BNPB setiap kabupaten tiga buah sumur bor minus Kota Kupang yang pendanaannya 12 titik. Dengan demikian tiga titik sumur ini sementara berproses dan sudah berjalan untuk mengantisipasi kekeringan dengan sumur bor tahap I masing-masing kabupaten tiga titik dengan pendanaan berkisar Rp 400- 700 juta per titik. Dan di kabupaten Lembata sudah jadi satu titik,”ucapnya.

Dijelaskan pihaknya melakukan itu untuk mengantisipasi wilayah kekeringan termasuk juga konsep bagi masyarakat  petani sehingga mereka tidak mengeluh lagi soal sumber air terbatas karena intensitas curah hujannya sedikit.

Kemudian memberi migitasi kepada masyarakat terkait kondisi-kondisi dan jenis bencana yang ada.

“Kita NTT lebih dominasi ke gempa dan longsor serta gunung merapi. Misalnya di daerah Flores Timur dimana Gunung Wolotobi masih aktif dimana erupsinya  sampai wilayah Sikka dan Ende,”jelasnya.

“Minggu kemarin kami minta kepada teman-teman BPBD Kabupaten lakukan gladi dan simulasi terhadap kebakaran hutan karena transisi dari kemerau ke musim hujan diman para petani kita lebih condong membersihkan lahan dan membakarnya.”

“Kami tetap intens dan mempersiapkan berbagai informasi melalui Pusdalops kita semuanya bisa diaskes termasuk teman-teman pers website bpbd.nttprov.go.id karena semua data ada disitu termasuk kasus yang lagi trend soal rabies yang terjadi dibeberapa kasus di pulau Timor dan di 9 kabupaten di wilayah Flores. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi kasus rabies yang lebih tinggi.

Lebih lajut kata dia mengimbau kepada warga masyarakat NTT agar dapat mengantisipasi potensi bencana alam di peralihan musim kemarau ke musim hujan.

“Pada masa peralihan musim perlu diwaspadai adanya hujan lebat yang bersifat lokal berdurasi singkat dan potensi angin kencang,”terangnya.

Tak hanya hujan lebat dan angin kencang, Wadu juga mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana alam longsor dan pohon tumbang yang kerap terjadi di NTT.

“Untuk itu diimbau juga agar masyarakat tetap waspada terhadap kemungkinan adanya longsor pada lokasi-lokasi rawan longsor dan pohon tumbang akibat angin kencang, untuk itu masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi,”tandasnya. ***