Suara-ntt.com, Kupang-Pemerintah Provinsi NTT saat ini lagi gencar dan serius mengatasi kemiskinan melalui berbagai program antara lain di bidang pertanian seperti program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS), pengembangan peternakan, perikanan dan kelautan, pengembangan pariwisata dan berbagai upaya lainnya.
Dan sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis beberapa hari lalu dimana NTT masuk dalam 10 besar provinsi yang mengalami penurunan jumlah penduduk atau orang miskin per Maret 2022.
“Walaupun dalam situasi pandemi, diterjang badai Seroja dan dihantam wabah virus Afrika yang menyerang ternak babi, namun jumlah penduduk miskin di NTT per maret 2022 menurun 14,7 ribu (0,39 poin) terhadap September 2021 dan 37,7 ribu (0,91 poin) terhadap Maret 2021 ,” kata Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika beraudiens dengan Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Susilaningtias bersama rombongan di ruang kerjanya pada Selasa, 19 Juli 2022.
Sementara pada tempat terpisah Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi NTT, Matamira B. Kale mengatakan, secara umum, pada periode September 2011–Maret 2022, tingkat kemiskinan di Provinsi NTT mengalami fluktuasi, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2013 dan Maret 2015 terjadi setelah adanya kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak.
Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dan Maret 2021 terjadi ketika ada pembatasan mobilitas penduduk saat pandemi COVID-19 yang melanda Provinsi NTT. Perkembangan tingkat kemiskinan September 2011Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada Maret 2022 mencapai 1.131,62 ribu orang.
Dibandingkan September 2021, jumlah penduduk miskin menurun 14,7 ribu orang. Sementara jika dibandingkan dengan Maret 2021, jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 37,7 ribu orang.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2022 kata dia tercatat sebesar 20,05 persen, menurun 0,39 persen poin terhadap September 2021 dan menurun 0,94 persen poin terhadap Maret
2021.
Dijelaskan, berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2021–Maret 2022, jumlah
penduduk miskin perkotaan naik sebesar 6,2 ribu orang, sedangkan di perdesaan turun sebesar 20,9 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 8,577 persen menjadi 8,84 persen. Sementara itu, di perdesaan turun dari 24,42 persen menjadi 23,86 persen.
Dia menguraikan, garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan
nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. (HT)