Suara-ntt com, Kupang-Hingga saat ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang baru melayani 12 ribu sambungan rumah tangga yang aktif dari 14 ribu pelanggan.
Sementara jumlah penduduk di Kota Kupang kurang lebih 123 ribu kepala keluarga (KK)sehingga angka yang ada tidak mencapai 30 persen.
Dengan demikian perlu adanya langkah-langkah dan upaya ataupun loncatan yang dipersiapkan dalam menangani kebutuhan air bersih di Kota Kupang.
“Salah satu yang kita lakukan adalah menjaga daerah aliran sungai (DAS). Misalkan DAS kali Dendeng jika kita tidak jaga dengan baik maka secara otomatis bangunan Sistem Pelayanan Air Bersih (SPAM) kali Dendeng senilai Rp 180 miliar itu tidak ada air lagi maka uang sebanyak itu dianggap buang ke laut,”kata Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR) Kota Kupang, Meky Natun kepada wartawan usai acara sidang pleno Tim Koordinasi Sumber Daya Air (TKSDA) Balai Wilayah Sungai (BSW) Nusa Tenggara II Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI di Hotel Papa Jhons Kupang pada Kamis, 15 Juni 2023.
“Jika tidak mendapatkan lagi air maka perlu dilakukan optimalisasi dan menjaga kelangsungan air itu sangat penting. Dan itu yang harus dipersiapkan oleh pemerintah, swasta maupun lembaga-lembaga lain guna keberlangsungan dan pengembangan pelayanan air bersih di Kota Kupang,”ungkapnya.
Meky mengatakan, untuk jaringan perpipaan di Kota Kupang baru terlayani 30 persen. Itupun sudah digabungkan antara pelayanan PDAM Kabupaten Kupang dan PDAM Kota Kupang.
“Memang masih ada konflik kepentingan yang terjadi antara kedua belah pihak. Secara otomatis Perda Kabupaten Kupang diterapkan di Kota Kupang,”tandasnya.
Lebih lanjut kata dia, sesuai dengan DAS Noelmina ada dua kali yang menjadi kewenangan pusat yakni DAS Dendeng dan DAS Liliba. Dari hasil penelitian Kementerian PUPR ada sekitar 13 juta kubik air dibuang ke laut dan tidak dimanfaatkan setiap tahun.
“Apabila kita manfaatkan hanya 10 persen saja atau 1,3 juta kubik maka secara otomatis warga Kota Kupang akan terlayani air bersih. Jadi kesalahan kita bukan soal sumber air tapi pada manajemen air bersih,”pungkasnya. (Hiro Tuames)