Suara-ntt.com, Kupang-Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) akan menerapkan dua metode pembelajaran di tengah pandemi corona virus atau covid-19 di sekolah. Kedua metode tersebut antara belajar dari rumah secara online dan tatap muka di kelas.
“Untuk pembelajaran dari rumah maka kita perlu melihat level penyebaran atau tertularnya covid-19 di daerah. Disini kita akan melihat empat level penularan covid-19 antara lain level satu atau level hijau dimana belum ada penularan. Kemudian level kuning atau level orange dan level merah.
Untuk level-level ini kita akan berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Tingkat Provinsi NTT untuk mendapatkan masukan terkait dengan level-level ini,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Benyamin Lola ketika melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPRD Provinsi NTT di ruang Kelimutu, Selasa (9/6/2020).
Lola mengatakan, untuk mendapat keputusan mengenai kapan sekolah-sekolah di NTT akan dibuka dan ini juga tidak merupakan kewenangannya. Tetapi melalui pertimbangan matang dari tingkat daerah dengan memperhatikan arahan dari pemerintah pusat.
“Dalam skenario kami dalam level hijau sekolah bisa dibuka dan proses belajar mengajar sudah bisa dilakukan secara terbatas. Namun terbatas yang dimaksudkan disini adalah kita batasi durasi waktu belajar atau pertemuan tatap muka dipersingkat dari waktu 45 menit menjadi 35 menit per matapelajaran”.
“Kemudian peserta yang hadir dalam tatap muka bisa discreem jadi dalam satu rombongan belajar bisa dibagi dua dan bisa juga dilakukan silang secara bergantian dengan rombongan kelas X, XI dan XII tidak masuk secara bersamaan tetapi bergantian setiap harinya. Dan itu dua metode yang bisa kita praktekan. Tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan yang diterapkan dalam pandemi covid-19 ini,”ungkapnya.
Dikatakan, selain proses pembelajaran di kelas dengan screem kelas atau pembagian satu rombongan belajar (rombel) menjadi dua itu tidak ada waktu istirahat. Kalaupun ada waktu istirahat tapi itupun sangat singkat dan peserta didik tidak diperkenankan untuk keluar dari ruangan serta tidak diperkenankan untuk meminjam buku, peralatan atau apapun dari teman. Dimana masing-masing membawa sendiri termasuk membawa air minum dari rumah dan tidak diperkenakan mengambil air ditempat umum baik dikantin ataupun dimana dan itu tidak diperkenankan.
Kemudian pembelajaran yang diberikan juga tidak secara detail tetapi pokok-pokok saja dan itu menjadi tugas siswa untuk diselesaikan di rumah. Penugasan bisa dilakukan secara komperhensif dan satu tugas yang diberikan kepada siswa bisa menjawab ada beberapa materi pelajaran yang terangkum dalam satu tugas.
“Nanti pada tahap evaluasi masing-masing guru bisa melihat aspek mana yang sesuai materi pembelajarannya. Nah ini memang butuh kreativitas tim guru untuk menyusun penugasan kepada siswa di rumah,”pinta mantan Kepala Dinas Perpusatakan Provinsi NTT ini.
Lebih lanjut kata dia, dalam pelaksanaan pembelajaran dimasa covid-19 khususnya pada saat pembukaan kelas untuk tatap muka terbatas disana pihaknya mencoba menyusun protokol kesehatan secara umum di sekolah kemudian ada protokol kesehatan untuk pemanfaatan sarana prasarana.
“Dan ada beberapa item yang coba kami rumuskan untuk dipegang dan ditindaklanjuti oleh guru dan juga siswa-siswi. Dimana ada protokol kesehatan berangkat dari rumah ke sekolah dan beberapa tahapan yang harus mereka lalui.
Kemudian ada juga protokol kesehatan selama berada di sekolah. Selanjutnya ada juga protokol setelah siswa-siswi selesai pelajaran pulang ke rumah. Dan itu beberapa item walaupun tidak secara rinci benar tetapi beberapa pokok penting kita sudah merumuskan agar ini menjadi panduan dalam pelaksanaan proses pendidikan dimasa era normal baru atau new normal,”pungkasnya.
Kolfildus: Saya Saran Sekolah di NTT Tutup Dulu
Anggota Komisi V DPRD Provinsi NTT, Emanuel Kolfidus menyarankan kepada Pemerintah Provinsi dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT untuk sampaikan ke gubernur agar sekolah-sekolah di NTT ditutup dulu.
Walaupun dipaksakan hanya untuk tingkat SMA dan SMK karena dengan pertimbangan mereka mulai beranjak dewasa secara mandiri bisa mengatur diri sendiri dengan sistem protokoler kesehatan yang ada. Mungkin diatur jam belajar seperti apa dan jarak sosial antara satu siswa dengan siswa lainnya selain mendapat ilmu juga mendapatkan kesehatan yang baik.
“Melalui pak kadis saya sarankan agar disampaikan ke pak gubenur agar sekolah-sekolah ditutup dulu,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.
Kolfidus mengatakan, langkah ini dilakukan untuk melindungi anak-anak didik sebagai generasi masa depan dari dampak covid-19.
“Saya mau katakan tidak setuju kalau sekolah dibuka untuk memulai pembelajaran di tahun ajaran baru ini. Karena saya berpendapat siswa-siswi itu bagian dari kelompok yang rentan terpapar covid-19. Apakah karena prilaku hidup sehat ataupun karena kondisi biologis dan fisiologis mereka,”ungkapnya.
Dirinya lebih melihat aspek kesehatan dan metode pembelajaran atau kurikulum di sekolah. Kemudian jarak dari rumah ke sekolah apakah dikontrol atau tidak ini juga harus dipikirkan bersama dan minimal di lingkungan sekolah harus dikontrol.
“Kita minta dinas harus keras baik kepada penyelenggara, kepala sekolah dan manajemen sekolah untuk mengaturnya,”pungkas politisi PDI-Perjuangan ini.
Sementara untuk pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) dan pengumuman kata dia, sebaiknya dilakukan melalui group WA. Ketika hendak mendaftar harus diminta nomor HP WA dari siswa yang bersangkutan dan diumumkan melalui group tersebut dari pada ditempel pada papan pengumuman dan itu akan terjadi kerumunan dan itu yang harus dihindari.
“Saya sarankan agar pengumaman PPDB diumumkan melalui group WA saja,”pintanya.
Dikatakan, pelaksanaan PPDB itu merupakan skenario yang mengatur pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan tentunya dinas menyesuaikan dan tidak keluar dari apa yang telah ditetapkan oleh kementerian.
Dalam kesempatan itu dia meminta agar apel pagi di sekolah ditiadakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerumunan dan penyebaran covid-19. “Kita minta agar apel pagi di sekolah ditiadakan untuk menghindari covid-19 ini,”tandasnya. (Hiro Tuames)