Suara-ntt.com, Kupang-Dalam rangka mendukung penanggulangan stunting/gizi buruk masyarakat dan peningkatan kesejahteran masyarakat maka pemerintah Provinsi NTT telah melaksanakan pengembangan kelor sebanyak 21.487 pohon pada lahan seluas petani di NTT.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, saat ini pemerintah Provinsi NTT lagi mengembangkan program tanam jagung panen sapi (TJPS) di 16 kabupaten se-NTT.
“Saat ini kita lagi kembangkan kita di 16 kabupaten dan kita berkomitmen bahwa program ini dapat dilaksanakan pada lahan milik pemerintah dan lahan milik masyarakat seluas kurang lebih 10.000 ha, dengan tantangan utama, yakni kurangnya ketersediaan air baku, terutama pada musim kemarau. Untuk itu, Pemerintah berkomitmen untuk memenuhi ketersediaan infrastruktur pengairan dalam menunjang keberhasilan program TJPS ini”.
“Kita sadari bahwa pelaksanaan Program TJPS untuk musim tanam II periode bulan April sampai dengan September Tahun 2020 baru mencapai 1.732 hektar karena kendala utama yakni minimnya ketersediaan air baku di musim kemarau serta serangan hama. Namun, Pemerintah tetap berkomitmen dan optimis bahwa pada musim tanam I Oktober 2020-Maret 2021, luas lahan TJPS pada 16 kabupaten adalah 8.268 hektar dengan proyeksi produksi 4 ton per hektar sehingga diperkirakan TJPS akan menghasilkan 33 ribu ton jagung,”katanya beberapa waktu lalu.
Dikatakan, dari segi pemasaran, Pemerintah telah bekerjasama dengan off-taker pembeli jagung, yang akan membeli jagung dengan harga Rp.3.200 per kg. Melalui terobosan ini hasil panen jagung petani akan ditimbang di lokasi yang disetujui bersama dan mekanisme pembayarannya melalui transfer bank atau koperasi.
Pelaksanaan program TJPS ini pula dilaksanakan dengan dukungan penyediaan alat mesin pertanian atau alsintan yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan hasil aspirasi Anggota DPR RI asal NTT. Pada tahun 2020 telah disediakan 66 unit traktor roda dua, 43 unit traktor roda empat, 1 unit excavator, 75 unit pompa air, 3 unit Combine Hasvester, 1 unit Corn Planter, 5 unit rota tanam serta optimalisasi pemanfaatan jaringan irigasi dan embung.
Sedangkan untuk mendukung destinasi pariwisata estate kata dia, telah dilaksanakan pengembangan kawasan tanaman buah mangga seluas 115 hektar, kawasan tanaman buah jeruk seluas 3 hektar, pengembangan kawasan tanaman melon dan semangka seluas 40 hektar, pengembangan kawasan bawang merah seluas 22 hektar, serta pengembangan kawasan Agrowisata Kelimutu Kabupaten Ende berupa pengembangan tanaman kopi, nenas dan kentang.
Berikut data 17 kabupaten yang mengembangkan program TJPS di NTT yakni;
1. Kabupaten Kupang (2.600 Ha)
2. Kabupaten TTS (1.325 Ha)
3. Kabupaten TTU (600 Ha)
4. Kabupaten Belu (250 Ha)
5. Kabupaten Malaka (1.550 Ha)
6. Kabupaten Rote Ndao (100 Ha)
7. Kabupaten Flores Timur (100 Ha)
8. Kabupaten Ende (200 Ha)
9. Kabupaten Ngada (325 Ha)
10. Kabupaten Manggarai (100 Ha)
11. Kabupaten ManggaraibTimur(500 Ha)
12. Kabupaten Manggarai Barat (400 Ha)
13. Kabupaten Sumba Timur (650 Ha)
14. Kabupaten Sumba Tengah (500 Ha)
15. Kabupaten Sumba Barat (100 Ha)
16. Kabupaten Sumba Barat Daya (700 Ha)
****Hiro Tuames****