Site icon Suara NTT

Penduduk Miskin di NTT Turun 0,55 Persen

Suara-ntt.com, Kupang-Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) persentase penduduk miskin pada September 2021 sebesar 20,44 persen, menurun 0,55 persen poin terhadap Maret 2021 dan menurun 0,77 persen poin terhadap September 2020.

Pelakasana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT,  Adi H. Manafe mengatakan, jumlah penduduk miskin pada September 2021 sebesar 1.146,28 ribu orang, menurun 23 ribu orang terhadap Maret 2021 dan menurun 27,3 ribu orang terhadap September 2020.

Dikatakan, persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2021 sebesar 8,60 persen, turun menjadi 8,57 persen pada September 2021. Sementara persentase penduduk miskin pedesaan pada Maret 2021 sebesar 25,08 persen, turun menjadi 24,4 persen pada September 2021.

Dibanding Maret 2021, jumlah penduduk miskin September 2021 perkotaan naik sebanyak 0,12 ribu orang (dari 118,76 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 120,58 ribu orang pada September 2021). Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin pedesaan turun sebanyak 24,85 ribu orang (dari 1.050,55 ribu orang pada Maret 2021 menjadi 1.025,70 ribu orang pada September 2021).

Dijelaskan, garis kemiskinan pada September 2021 tercatat sebesar Rp 437.606,-/kapita/ bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 344.666,- (78,76 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp92.941,- (21,24 persen).

“Pada September 2021, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 5,38 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp2.354.320,-/rumah tangga miskin/bulan,”katanya.

Secara umum kata dia, pada periode Maret 2011–September 2021, tingkat kemiskinan di Provinsi NTT mengalami fluktuasi, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2014 dan Maret 2015 dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dan September 2020 disebabkan oleh adanya pandemi COVID-19 yang melanda Provinsi NTT. Perkembangan tingkat kemiskinan Maret 2011 sampai dengan September 2021.

Lebih lanjut kata dia, jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT pada September 2021 mencapai 1.146 ribu orang. Dibandingkan Maret 2021,jumlah penduduk miskin menurun 23,0 ribu orang. Sementara jika dibandingkan dengan September 2020, jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 27,3 ribu  orang. Persentase penduduk miskin pada September 2021 tercatat sebesar 20,44 persen, menurun  0,55 persen poin terhadap Maret 2021 dan menurun 0,77 persen poin terhadap September 2020.  

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2021–September 2021, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 0,12 ribu orang, sedangkan di perdesaan turun sebesar 24,85 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 8,60 persen menjadi 8,57 persen. Sementara itu, di perdesaan turun dari 25,08 persen menjadi 24,42 persen.

Garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangan garis kemiskinan pada September 2020 sampai dengan September 2021. Garis Kemiskinan pada September 2021 adalah sebesar Rp 437.606,- per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2021, Garis Kemiskinan naik sebesar5,42 persen.

Sementara jika dibandingkan September 2020, terjadi kenaikan sebesar 8,13 persen.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat pada Tabel 3 bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2021 sebesar 78,76 persen.

Pada September 2021, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 26,22 persen di perkotaan dan 37,77 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (9,21 persen di perkotaan dan 6,12 persen di perdesaan).

Komoditi lainnya adalah telur ayam ras (3,35 persen di perkotaan dan 1,76 persen di perdesaan), tongkol/tuna/cakalang (2,90 persen di perkotaan dan 1,80 persen di perdesaan), gula pasir (2,14 persen di perkotaan dan 2,89 di perdesaan), kopi bubuk & kopi instan (sachet) 1,86 persen di perkotaan dan 2,52 persen di perdesaan),  daging babi (1,53 persen di perkotaan dan 2,03 di perdesaan), mie instan (1,52 persen di perkotaan dan 1,62 persen di perdesaan), dan seterusnya. Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, listrik, pendidikan, bensin, perlengkapan mandi, minyak tanah, kayu bakar dan angkutan. (Hiro Tuames)

Exit mobile version