Suara-ntt.com, Kupang-Penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) yang dijalankan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT melalui Dinas Peternakan dinilai mampu meningkatkan produktivitas ternak di NTT. Dimana dari tahun 2018-2023 dapat memperoleh hasil sebanyak 23.203 ekor bibit sapi.
Program tersebut dapat berjalan berkat berkolaborasi Pemerintah Provinsi NTT
dengan Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan dalam pengembangan pembibitan ternak sapi, kambing, domba, babi, ayam dan itik pada tahun 2021–2022.
“Kesadaran peternak untuk melakukan IB ini terus meningkat dimana pada tahun 2019, realisasi IB sebesar 84,33 persen dan di tahun 2022 mencapai 113,20 persen,”kata Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat beberapa waktu lalu.
Gubernur NTT mengatakan, pada tahun 2021–2023 dialokasikan 1.221 semen beku bibit sapi wagyu untuk dilakukan IB pada ternak sapi dengan jumlah anak lahir pada tahun 2021 sebanyak 87 ekor dan tahun 2022 turun menjadi 63 ekor yang tersebar di Instalasi Lili, Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS.
Dikatakan, pembangunan peternakan di NTT harus dilaksanakan dengan klasterisasi wilayah pengembangan ternak berdasarkan komoditas unggulan untuk mendorong peningkatan populasi dan produktivitas ternak besar serta pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan secara terpadu dan berkesinambungan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Dijelaskan, NTT sebagai daerah penghasil ternak nasional pada tahun 2018 melakukan ekspor sapi ke luar daerah mencapai 67.454 ekor dan meningkat menjadi 74.880 ekor pada tahun 2022. Selanjutnya, ekspor ternak kerbau pada tahun 2018 sebanyak 3.857 ekor dan tahun 2022 naik menjadi 4.030 ekor.
Dalam rangka menjaga dan melindungi kualitas kesehatan hewan ternak di NTT, pemerintah melakukan upaya-upaya
preventif maupun kuratif. Dari tahun 2018 sampai dengan 2023, telah dilakukan pemberian vaksin antrhax, brucellosis, hog cholera, rabies dan septicaemia epizootica (SE) penanggulangan dan pengendalian penyakit hewan menular strategis serta
penyuntikan serum konvalesen pada ternak babi sebagai salah satu upaya pencegahan penularan virus Asian Swine Fever (ASF).
Lebih lanjut kata dia, Pemerintah Provinsi dalam kemitraan dengan PRISMA dan AIHSP telah menyediakan tiga (3) alat deteksi virus ASF Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) yang masing-masing ditempatkan di pulau Timor, Flores dan Sumba sejak Februari 2023.
Dia menambahkan berbagai upaya pemerintah tersebut telah membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Konstribusi PDRB sub sektor peternakan tahun 2018 adalah sebesar Rp 9.161,64 miliar atau 9,26 persen dari PDRB NTT dan meningkat menjadi Rp 12.507,29 miliar atau 10,54 persen pada tahun 2022.
Sementara itu, rata-rata Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) mengalami kenaikan dari 107,14 tahun 2018 menjadi 108,30 di tahun 2022 sehingga melebihi rata-rata NTPT nasional 106,09. (Hiro Tuames)