Keterangan Foto: Pengamat Politik Undana, Diana Tabun. (Foto Istimewa)
Suara-ntt.com, Kupang-Pengamat politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Diana Tabun, menyebut bahwa bakal calon (balon) Gubernur maupun Wakil Gubernur (Cawagub) Nusa Tenggara Timur (NTT) harus mempunyai pengalaman elektoral.
Berbekal pengalaman itu bisa menjadi kunci kemenangan pada pemilihan gubernur (Pilgub) yang digelar pada bulan November 2024 mendatang.
Menurut Diana salah satu hal utama yang harus dimiliki seorang balon Gubernur maupun Wagub dalam menentukan kemenangan Pilgub yakni pengalaman elektoral figur. Dimana minimal para bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur sudah pernah masuk dalam arena pemilihan umum baik itu legislatif ataupun kepala daerah, sehingga secara tidak langsung sudah dapat mengukur diri sejauhmana tingkat keterpilihan dan tingkat kesukaan masyarakyat.
“Jika calon pemimpin NTT tidak memenuhi harapan publik di atas, maka dapat dipastikan akan sangat sulit untuk memenangkan pertarungan Pilgub NTT. Mari kita lihat para bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang paling menguat dan punya pengalaman elektoral antara lain Yohanis Fransiskus Leman(Ansy Lema), Emanuel Melkiades Laka Lena, Viktor Bungtilu Laiskodat, Emiliana Nomleni, dan Refafi Gah Sementara bakal calon Wakil Gubernur NTT yang mempunyai pengalaman elektoral yakni Adrianus Garu, Jane Natalia Suryanto dan Sebastian Salang,”kata Diana saat dihubungi wartawan pada Senin, 10 Juni 2024.
Dijelaskan, rakyat menuntut lahirnya pemimpin baru yang dapat membawa harapan, perubahan dan kemajuan yang semakin meningkat untuk segala bidang, sehingga merupakan peluang dan amanah besar bagi para calon gubernur dan wakil gubernur selaku putra terbaik daerah Provinsi NTT yang dicintai, disayangi dan didambakan oleh rakyat sebagai pemimpin masa mendatang.
Untuk itu demi mewujudkan keinginan anak negeri tersebut tentunya melalui komando kepemimpinan tertinggi pada wilayah Provinsi NTT ini dengan pemerintahan yang bersih, handal, bermartabat serta berwawasan kebangsaan dan berkeadilan yang bertoleransi pada pelayan publik kepada masyarakat guna kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Merujuk pada tuntutan masyarakat diatas maka yang menjadi kriteria pemimpin NTT mendatang harus dipenuhi oleh bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang siap bertarung di tahun 2024 adalah sebagai berikut:
Kriteria pertama, pemimpin NTT harus bermain pada masyarakat “grassroots” artinya bahwa yang terpilih harus mampu menjawab persolan yang dihadapi oleh rakyat dan memberikan solusi yang jitu, persoalan yang sering terjadi antara lain masalah infrastruktur, kemiskinan, kelaparan, pengangguran, kesehatan, dan berbagai persoalan sosial.
Kriteria kedua, beritegritas, seorang calon gubernur NTT ke depan harus memiliki intergritas yang tinggi. Tanpa integritas yang tinggi, maka sangat sulit untuk sekadar mengimajinasikan NTT yang lebih baik.
“Oleh karena itu, publik NTT tentunya menempatkan poin integritas sebagai prasyarat untuk memberikan dukungan. Untuk melacak integritas seorang calon, tentu kita bisa melacak rekam jejak bakal calon. Tentu tidak akan memilih pemimpin yang memiliki catatan masa lalu yang buruk,”ungkapnya.
Kriteria ketiga, adalah punya kemampuan. Artinya bahwa pemimpin NTT ke depan tidak hanya pemimpin yang karena popularitas lantas ingin mencalonkan diri.
“Perlu juga kita menelusuri konsepsi sang calon tentang bagaimana NTT ke depan baik untuk lima tahun maupun jangka waktu yang panjang. Harus memahami persoalan apa yang terjadi di NTT dan kemudian apa yang harus dilakukan. Solusi yang ditawarkan tentunya harus konkrit. Tidak bisa memberikan solusi ibarat angin sorga kepada rakyat. Dengan demikian kita bisa katakan bahwa NTT membutuhkan pemimpin yang mempunyai konsepsi yang matang untuk membangun NTT dalam jangka waktu yang panjang, tidak hanya sekadar lima tahun,”jelasnya.
Kriteria keempat adalah loyalitas. Selain keempat kriteria di atas, tentu masih ada kriteria lain yang mengarah pada tingkat elektoral, minimal para bakal calon Gubernur dan wakil gubernur sudah pernah masuk dalam arena pemilihan umum baik itu legislatif ataupun kepala daerah, sehingga secara tidak langsung sudah dapat mengukur diri sejauhmana tingkat keterpilihan dan tingkat kesukaan masyarakyat. Jika calon pemimpin NTT tidak memenuhi harapan publik di atas, maka dapat dipastikan akan sangat sulit untuk memenangkan pertarungan Pilgub NTT.
Lebih lanjut kata dia dalam negosiasi dengan partai politik sebagai kendaraan politik yang akan mengantar putra-putri terbaik ini dalam kontestasi politik tentu ini menjadi kalkulasi yang cermat, minimal modal awal untuk penguasaan wilayah sudah paham. Dan tentunya mereka pernah merasakan ritme tahapan pemilu atau menanti menit-menit dimana pengumuman hasil hitung suara oleh penyelenggara pemilu.
Dia menambahkan pada dasarnya perkembangan kebijakan dan tata pemerintahan Indonesia saat ini lebih memposisikan pemerintah sebagai fasilitator, regulator, mediator dan motivator bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA), karena pada kenyataannya masyarakat sudah cerdas dan dunia usaha telah mempunyai peluang dan andil besar dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada.
Kemajuan tatanan peradaban dalam berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi maupun sosial budaya tidak terlepas dari struktur pemerintahan sebagai fasilitator dalam mengelolanya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu birokrasi yang bersih, berdisiplin tinggi, berwibawa dan bermartabat, serta mampu membawa kemajuan bagi peningkatan kualitas hidup yang adil, makmur dan sejahtera. ***