Suara-ntt.com, Kupang-Dalam rangka memenuhi kebutuhan daging sapi dan kerbau secara nasional, masyarakat peternak NTT setiap tahun secara terus-menerus berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan akan daging. Rata-rata setiap tahun NTT kirim 12 juta kg untuk mencukupi konsumsi daging sapi secara nasional yang masih tergantung pada impor. Dengan demikian, pembangunan peternakan difokuskan pada peningkatan produksi dengan meningkatkan populasi 1,3 juta lebih dan saat ini populasi sapi sebanyak 1.176.317 ekor.
Wakil Gubernur NTT, Joseph A. Nae Soi mengatakan, pemerintah terus menyiapkan pakan ternak ruminansia dan pengembangan sentra-sentra pembibitan sapi pada kawasan peternakan di Pulau Sumba, Kabupaten Kupang, TTS, Malaka, Manggarai, Manggarai Barat dan Ngada serta mengintegrasi pertanian dan peternakan dalam pola Tanam Jagung 10.000 Ha, Panen Sapi 10.000 ekor di Pulau Sumba, Timor, Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat, Flores Timur, Ende, Ngada dan Rote Ndao.
“Populasi ternak sapi di NTT terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2019 populasi ternak sapi di NTT 1.087.761 ekor meningkat menjadi 1.176.317 ekor di akhir tahun 2020,” katanya.
Dikatakan, Untuk mendukung peningkatan populasi ternak sapi di NTT, pemerintah pada tahun 2020 telah mengembangkan sentra pembibitan ternak sapi berbasis desa di lokasi destinasi wisata Liman Kecamatan Semau Kabupaten Kupang dan Fatumnasi Kabupaten TTS.
Pemerintah juga sedang mengembangkan sapi wagyu persilangan dengan sapi lokal melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB). Pada tahun 2020 telah disediakan benih/bibit (semen) sapi wagyu sebanyak 1.300 strow yang disebar ke 3 kabupaten yakni TTS, TTU dan Kupang dan Instalasi Lili sebanyak 1.020 strow. Tahun 2021 disebar di Kota Kupang, Kabupaten Belu, Rote Ndao, Sumba Timur, Sumba Tengah, Ngada, Manggarai dan Manggarai Timur sebanyak 280 strow. Tahun 2021 telah lahir anak sapi persilangan Wagyu dengan sapi lokal sebanyak 34 ekor yang tersebar di Instalasi Lili 2 ekor (Wagyu x Sapi Bali), Kabupaten Kupang 12 ekor dan TTS 20 ekor (wagyu Simental).
Dijelaskan, dalam rangka mendukung pengembangan destinasi kawasan pariwisata, pengembangan industri pengolahan produk peternakan dengan mengutamakan industri yang masif, berbasis budaya dan kearifan lokal seperti industri daging dalam hal ini berupa daging segar, daging beku dan pengolahan daging lainnya yang Aman, Sehat, Utuh dan Higienis (ASUH) melalui penyediaan sarana prasarana Rumah Potong Hewan (RPH),Tempat Pemotongan Hewan (TPH) dan unit-unit usaha produk asal ternak yang berstandar.
Lebih lanjut kata dia, tahun 2020 pemerintah telah membina 25 unit usaha produk asal ternak dan ber-Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk penyediaan produk asal ternak yang ASUH. Tahun 2021 pemerintah telah menganggarkan untuk penambahan 5 unit usaha ber NKV.
Sedangkan pengembangan produk perunggasan dipadukan dengan pengembangan pabrik pakan berbasis bahan baku lokal untuk memenuhi permintaan daging ayam dan telur ayam, sehingga selain mampu memenuhi permintaan lokal, juga dapat mengendalikan laju inflasi daerah dan meningkatkan pendapatan peternak unggas. (HT)