Suara-ntt com, Kupang-Partisipasi perempuan dalam perencanaan pembangunan di berbagai tingkat pemerintahan di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih dinilai kurang optimal. Suara perempuan dalam pengambilan keputusan, mulai dari tingkat desa hingga provinsi, sering kali tidak mendapat perhatian. Padahal, banyak isu-isu di NTT, seperti kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan, yang sangat erat kaitannya dengan kebutuhan perempuan.
Calon Gubernur NTT nomor urut satu, Yohanis Fransiskus Lema atau yang akrab disapa Ansy Lema, menyoroti minimnya perhatian terhadap hak-hak perempuan di NTT yang selama ini terabaikan di bawah budaya patriarki. Ansy menyebut bahwa perempuan masih mengalami hambatan dalam akses pendidikan, layanan kesehatan, menghadapi diskriminasi gender, hingga ancaman Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang seringkali menimpa mereka.
“Karena itu, saya berpikir untuk membuat musyawarah khusus atau muskhus perempuan. Pelibatan perempuan dalam perumusan kebijakan sebagai bentuk gender mainstreaming atau pengarusutamaan gender. Banyak masalah di NTT berkaitan dengan perempuan, sehingga suara perempuan mulai dari level desa harus didengar,” ujar Ansy Lema pada Kamis (31/10/24).
Bersama wakilnya, Jane Natalia Suryanto, Ansy telah menyiapkan program khusus untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di NTT. Mereka menggagas Musyawarah Perencanaan Pembangunan Khusus atau Musyawarah Khusus (Muskhus) bagi perempuan sebagai salah satu program unggulan.
Program Muskhus perempuan ini, menurut Ansy, adalah upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pelayanan publik di NTT. Tujuannya adalah membuka ruang bagi perempuan untuk bersuara dalam proses pengambilan kebijakan, sehingga kebutuhan perempuan dapat tercermin dalam pembangunan.
Ansy yang pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI menjelaskan bahwa muskhus perempuan adalah bagian dari musrenbang tematik yang memfokuskan pada aspirasi kelompok rentan, termasuk perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas. Langkah ini sesuai dengan peraturan pemerintah, yaitu Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 dan Permendes Nomor 21 Tahun 2020 yang mengatur pedoman partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
“Musrenbang tematik yang melibatkan kaum perempuan adalah wujud perencanaan pembangunan inklusif. Mama-mama yang bekerja sebagai petani, peternak, atau penenun memiliki hak yang sama dengan kaum laki-laki. Mereka harus bisa berkumpul sendiri dan merumuskan kepentingan mereka tanpa intervensi,” tambah Ansy, pria asal Kota Kupang ini.
Sebagai calon gubernur yang satu-satunya berpasangan dengan perempuan, Ansy menyebut program Muskhus perempuan ini adalah bagian dari program NTT Pertiwi, salah satu dari lima program utama yang mereka usung. Program ini bertujuan memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan perempuan di NTT.
Ansy juga mengungkapkan bahwa pemilihan Jane sebagai pendamping adalah wujud penghormatan terhadap perempuan. Ia yakin, dengan sensitivitas, empati, dan ketelitian yang dimiliki perempuan, pemerintahan yang ia pimpin kelak akan lebih responsif terhadap permasalahan di NTT.
“Saya memilih Jane Natalia Suryanto sebagai bentuk penghormatan bagi kaum perempuan. Ansy Lema bersama Jane Natalia Suryanto membawa semangat mama bantu mama, perempuan tolong perempuan. Saya ingin pemerintahan yang lebih peduli kepada perempuan,” pungkas Ansy, alumni Pascasarjana Universitas Indonesia. ***