Petani Bawang Merah Oesao Terapkan Teknologi Pemanfaatan Metode TSS

oleh -146 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Petani bawang merah di Kelurahan Oesao Kabupaten Kupang menerapkan teknologi pemanfaatan  metode True Seed Shallots (TSS) merupakan alternatif untuk meningkatkan produksi bawang merah yang lebih efektif dan efisien dibandingkan penggunaan tanam umbi.

Dimana metode TSS adalah biji bawang merah yang ditanam dalam waktu tertentu yakni 4-5 bulan dan diproses sebagai benih.

Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) bersama Bupati Kupang, Korinus Masneno melakukan panen perdana komoditas Bawang Merah varietas Lokananta dengan metode tanam TSS (True Seed Shallots) di Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang pada Selasa, 28 September 2021.

Gubernur dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi NTT bersama Pemerintah Kabupaten Kupang akan terus membantu petani termasuk petani bawang merah di Oesao dan sekitarnya untuk dapat meningkatkan produksi serta distribusi komoditas Bawang.

“Hasil yang luar biasa, terkait hal ini kami akan bantu untuk mendapatkan solusi dari kendala distribusi setelah panen, terlebih ada beberapa daerah di NTT juga yang susah bawang, contohnya Sumba dan tentu saja akan kita kirim juga keluar NTT,” ungkapnya.

“Oleh karena itu saya minta agar para kelompok tani untuk konsisten tingkatkan hasil produksi dan jangan malas. Para pendamping penyuluh pertanian bersama Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten juga saya tuntut untuk selalu turun ke lapangan bersama para Petani. Di NTT, khususnya di Kabupaten Kupang, kita punya potensi yang luar biasa dengan area lahan yang sangat luas dan menjanjikan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang pertanian. Maka dari itu jangan pernah sia-siakan semua potensi lahan pertanian tersebut,”tambahnya.

Sementara itu Bupati Kupang, Korinus Masneno mengatakan, kegiatan menanam bawang merah ini juga merupakan salah satu bentuk pemulihan ekonomi. Program pengembangan bawang merah varietas Lokananta oleh para kelompok tani di Kelurahan Oesao juga dapat diadopsi di daerah-daerah lain di Kabupaten Kupang.

“Lahan pengembangan tanaman Bawang Merah ini melibatkan dua kelompok tani yakni Kelompok Tani Maju Bersama dan Fajar Pagi dengan luas lahan satu hektar dimana estimasi panen kita mencapai 20 ton,” jelas Bupati Korinus.

“Potensi panen tanaman Bawang Merah yang cukup tinggi dengan waktu yang tidak terlalu lama, maka diharapkan petani dapat mengelola dengan baik dengan menerapkan teknologi baru (TSS) yang telah dikenalkan, sehingga ujung-ujungnya kesejahteraan petani dapat kita capai. Saya pun berharap program ini dapat kita maksimalkan di daerah-daerah lain di Kabupaten Kupang, dikarenakan kita punya potensi lahan yang bagus,”harapnya.

Dijelaskan, biasanya untuk menanam bawang merah dengan luas lahan satu hektar membutuhkan umbi benih sebanyak 1,2 ton – 2 ton, namun dengan metode tanam TSS, jelas lebih efisien karena ukurannya yang hanya sekitar 0,05 gram sehingga kebutuhan benih untuk lahan satu hektar hanya sekitar 3 – 7 kg benih. Hal ini jelas akan menghemat biaya operasional produksi dan memiliki prospek yang tinggi untuk pasar ekspor. (HT)