Pilgub NTT: Antara Karakteristik Pemilih dan Keputusan Memilih

oleh -106 Dilihat

Oleh: Marthin Malo, S. Th; M.Pd

(Alumnus Pascasarjana IAKN Kupang)

Suara-NTT com, Kupang-SAAT ini tahapan pesta demokrasi di Provinsi NTT telah dimulai; baik pemilihan bupati dan wakil bupati, walikota dan  wakil walikota maupun pemilihan gubernur dan wakil gubernur periode 2024-2029. Saat ini proses pemilihan kepala daerah itu sedang berada di dalam masa kampanye masing-masing pasangan Cagub-Cawagub dan Cabup-Cawabup serta Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang. Secara kasat mata, nampak masyarakat di daerah ini sangat antusias dalam menyambutnya bahkan tidak sedikit yang sangat fanatik terhadap salah satu pasangan calon (paslon) yang merupakan jagoan mereka.

Khusus untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, KPUD Provinsi NTT telah menetapkan tiga pasangan calon gubernur (Cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) NTT dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 pada Minggu (22/9/2024) silam. Ketiga pasangan (sesuai nomor urut) itu yakni: pertama, Yohanis Fransiskus Lema-Jane Natalia Suryanto yang didukung koalisi PDI Perjuangan, Partai Hanura, PBB dan Partai Buruh; kedua, Emanuel Melkiades Laka Lena-Johanis Asadoma yang didukung koalisi Partai Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PSI, Perindo, PPP, Partai Garuda, Gelora, Prima, dan Partai Kebangkitan Nusantara (PKN); dan ketiga, Simon Petrus Kamlasi-Adrianus Garu yang didukung koalisi Partai Nasdem, PKB dan PKS.

Jika dicermati secara umum, paling tidak terdapat tiga tipe/karakteristik masyarakat di daerah ini dalam menentukan atau membuat suatu keputusan politis yakni dalam memilih salah satu pasangan calon (paslon). Ketiga tipe itu antara lain : pertama, pemilih emosional. Tipe pemilih ini berdasarkan identitas suku, budaya, agama, dan lain sebagainya. Tipe ini dapat juga dibagi dalam dua  kategori, yakni: emosional aktif dan emosional pasif. Pemilih dengan kategori emosional aktif sangat mudah diprovokasi atau terprovokasi. Sedangkan pemilih dengan kategori emosional pasif lebih tenang bahkan sering menggunakan pola komunikasi “diam” atau silent communication dengan tujuan menjaga diri dari penilaian sesama. Pemilih tipe emosional ini merupakan pemilih yang mudah terbuai dengan rayuan atau janji-janji manis politikus (oknum). Kedua, pemilih rasional-emosional. Singkatnya pemilih tipe ini lebih konservatif secara nilai dan lebih rasional saat bertindak. Tipe ini tidak terlalu fanatik bahkan lebih pasif dan suka mengamati. Tipe ini mampu merasionalkan pilihan mereka, namun ketika menyangkut persoalan ideologis, agama, etnis, danlain-lain. Model tipe ini tidak sanggup memberikan argumentasi. Artinya, tipe seperti ini para pemilihnya cenderung tertutup. Ketiga, tipe pemilih rasional. Ini merupakan tipe yang ideal dalam politik karena mengesampingkan faktor emosional tetapi mengedepankan data yang afirmatif. Tipe ini mampu berkomunikasi serta dapat mempertanggungjawabkan mengapa mereka membuat suatu keputusan politis. Kelompok ini cenderung mengedepankan rekam jejak, kebijakan, serta analisis yang mendalam terkait program-program yang dijanjikan setiap pasangan calon (paslon).

Selain ketiga tipe pemilih di atas, penulis menambahkan satu tipe pemilih yakni “Pemilih Transaksional”. Tipe pemilih seperti ini tidak memperdulikan faktor emosional, rasional-emosioanl, bahkan rasional. Mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi yang sifatnya sesaat alias instan. Sangat pragmatis. Slogan populer dari pemilih jenis ini adalah “ada uang ada barang. Ada uang ada suara.” No money no vote…!

Orang-orang di dalam tipe ini tidak memikirkan masa depan mereka, masa depan anak-anak, bahkan masa depan daerah dan bangsa. Karena bagi orang tipe ini adalah yang terpenting kebutuhan mereka hari ini atau saat ini terpenuhi.

Sebagai pemilih yang cerdas, anda ada di tipe atau model yang mana? Silakan tentukan sikap dan pilihan politik anda demi NTT yang lebih baik dan lebih sejahtera pada 27 November 2024 yang akan datang. Semoga masyarakat di daerah ini tidak mudah dihasut dan terprovokasi dengan aneka isu suku, agama, ras dan antar golongan (Sara). Masyarakat pemilih juga diharapkan cerdas dalam menentukan pilihan politiknya dengan mempertimbangkan track record atau rekam jejak dan moralitas calon pemimpin di daerah ini untuk menentukan pilihan politiknya dengan bijak, realistis, dan rasional, apalagi situasi dan kondisi Provinsi NTT hari ini, sedang tidak baik-baik saja.

Di titik ini, setiap kita dipersilakan dengan hati nurani yang bebas untuk menentukan pilihan politik dalam memilih Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota Kupang periode 2024-2029. Semoga Roh Kudus menuntun, menerangi pikiran, dan hati kita dalam menentukan dan memutuskan pemimpin terbaik di daerah ini dan tentunya dengan mengandalkan kekuatan doa sehingga kesejahteraan daerah/kota dapat terwujud sebagaimana dikatakan nabi Yeremia “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu (Yer. 29:7).”

Karena itu, mengakhiri goresan yang sangat sederhana ini, salah seorang sahabat mengirimkan pesan yang berbunyi: “Cara terbaik menolong dirimu adalah dengan menolong orang lain terlebih dahulu, meski pada saat yang sama harus diakui bahwa menolong atau membantu satu orang mungkin tidak akan mengubah dunia, tetapi hal itu mungkin bisa mengubah dunia satu orang.” ***