Suara-ntt.com, Kupang-Soekarno pernah mengatakan bahwa urusan pangan merupakan hidup dan matinya suatu bangsa. Karena itu, persoalan pangan harus ditangani secara serius oleh para pemimpin bangsa. Jika sudah diberi mandat oleh rakyat, siapapun dirinya dan dari partai politik apapun, harus benar-benar memperhatikan permasalahan pangan.
Berangkat dari urgensi pangan ini, calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Yohanis Fransiskus Lema atau yang akrab disapa Ansy Lema dan Presiden RI terpilih Prabowo Subianto memiliki pandangan atau benang merah yang sama. Dua tokoh politik ini sama-sama memiliki kepedulian terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan.
Kepedulian Ansy Lema dan Prabowo Subianto terhadap sektor ketahanan dan kedaulatan pangan bukan baru dimulai kala ingin menjadi Gubernur dan Presiden. Kepedulian terhadap sektor ini telah ditunjukkan oleh kedua tokoh politik ini pada masa-masa sebelumnya. Bahkan jauh sebelum momen pemilihan kepala daerah (pilkada) dan pemilihan presiden (pilpres).
Presiden Prabowo mengaku bahwa ia telah menaruh perhatiannya pada sektor ketahanan dan kedaulatan pangan saat dirinya masih aktif menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sejak dirinya menjadi TNI, Prabowo selalu menaruh rasa kepeduliannya kepada para petani.
Prabowo dalam kesempatannya ketika memberikan penyuluhan kepada 60.000 petani dan peternak di Sumedang, Jawa Barat pada Januari 2024 lalu (lihat di: https://www.youtube.com/watch?v=NB7-h1j-5pU ) menegaskan bahwa petani memiliki peran penting ketika perang kemerdekaan berlangsung sebab petani secara tidak langsung mendukung perjuangan perang melalui hasil panen yang menjaga para prajurit tetap kuat.
“Tanpa petani tidak ada tentara. Tanpa petani kita tidak bisa perang. Kita membela negara dan bangsa ini karena didukung oleh para petani. Waktu Indonesia melaksanakan perang kemerdekaan, tidak ada anggaran, tidak ada APBN. Belum ada apa-apa. Siapa yang beri makan tentara kita, para pejuang kita? Itu adalah petani di seluruh Indonesia,” ucap Prabowo.
Menteri Pertahanan tersebut mengakui sejak aktif menjadi tentara, mulai dari perwira pertama, dirinya selalu memperhatikan sektor pertanian. Bahkan, ketika ia menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad), Prabowo memerintahkan seluruh jajaran batalion untuk menggarap semua lahan tidur agar bisa digunakan sebagai lumbung pangan.
“Tidak boleh ada lahan yang tidur. Tidak boleh ada lahan yang tidak ditanam karena pangan adalah hal yang strategis. Bukan barang dagangan,” jelas Ketua Umum Partai Gerindra ini.
Presiden Prabowo juga pernah memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), menjadi Dewan Pembina Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan menjabat sebagai Dewan Pembina Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) hingga kini.
Di sisi yang lain, Ansy Lema juga telah menunjukkan kepeduliannya terhadap ketahanan dan kedaulatan pangan di NTT saat pertama kali menduduki kursi Dewan Perwakilan Rakyat (RI) DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) NTT II.
Selama berada di DPR RI, Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) itu masuk dalam Komisi IV, komisi yang membidangi pertanian, kelautan, dan lingkungan hidup serta kehutanan.
Ansy Lema dengan sadar memilih Komisi IV karena mayoritas ekonomi NTT ditopang oleh sektor-sektor tersebut, meskipun komisi ini bukanlah komisi yang bergengsi di Senayan.
Terbukti, selama kurang lebih lima tahun menjabat, Ansy Lema telah sukses mendatangkan banyak bantuan bagi masyarakat tanah flobamora yang nilainya tak kurang dari empat ratus miliar rupiah.
Ratusan alat mesin pertanian mulai dari excavator, traktor roda empat hingga pompa air berhasil diberikan kepada kelompok-kelompok tani. Ada juga bantuan bibit dan pembuatan pupuk organik, serta ratusan hewan ternak yang diberikan Ansy Lema bagi masyarakat NTT.
Bahkan, Ansy Lema adalah satu-satunya sosok wakil rakyat yang bersuara soal isu-isu krusial di NTT, seperti virus flu babi afrika (ASF), penurunan status Cagar Alam Mutis, dan penolakan komersialisasi Taman Nasional Komodo.
Jiwa kepedulian Presiden Prabowo dan Ansy Lema terhadap sektor ketahanan dan kedaulatan pangan juga terlihat dalam perumusan program kerja kedua tokoh ini. Dua orang politisi ini telah merumuskan program yang menyasar peningkatan produksi di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan kelautan.
Selain karena jiwa kepedulian yang tinggi terhadap sektor tersebut, keselarasan perhatian kedua tokoh politik ini juga dikarenakan sektor ketahanan dan kedaulatan pangan merupakan hal yang krusial bagi bangsa Indonesia, yang sayangnya sampai saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan besar.
Oleh karena itu, lewat program swasembada pangan miliknya, presiden yang akan dilantik pada 20 Oktober 2024 besok akan menggenjot hasil-hasil produksi dari berbagai sektor, sehingga dalam tiga tahun pertamanya, Indonesia bisa mencapai kemandirian pangan dan akan menjadi eksportir pangan setahun kemudian.
Pria kelahiran tahun 1951 ini telah menyiapkan 18 program kerja yang diperuntukkan bagi peningkatan ketahanan dan kedaulatan pangan Indonesia. Mulai dari memberikan kepastian lahan bagi petani, meningkatkan hasil produksi multi sektor, menjamin ketersediaan pupuk hingga memastikan kedaulatan pangan berbasis protein hasil laut.
Sama seperti Prabowo, Ansy Lema juga telah merumuskan program-program kerja untuk mendongkrak ketahanan pangan NTT serta menaikkan derajat hidup para petani, nelayan dan peternak. Program tersebut adalah NTT Maju (Nelayan Tani Ternak Maju) yang merupakan satu dari lima program NTT Manyala yang diusung oleh Ansy-Jane.
Menurut Politisi PDI Perjuangan itu, NTT masih memiliki angka ketidakcukupan konsumsi pangan yang cukup tinggi, yakni sebesar 14,98% tahun 2023. Selain itu, nelayan, petani dan peternak di NTT masih hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 19,96% angka kemiskinan di NTT, mayoritasnya masih disumbang oleh masyarakat dengan profesi nelayan, petani, dan peternak.
“Saya ini politisi yang suka baca data. Saya lihat NTT dalam angka itu tingkat kemiskinannya masih tinggi. Saya telusuri lagi di NTT ini siapa yang miskin dan pekerjaannya apa. Dari situ saya simpulkan yang miskin di NTT adalah nelayan, petani dan peternak,” terang Ansy Lema di Kupang beberapa waktu lalu.
Mencermati persoalan ini, Calon Gubernur NTT dengan nomor urut satu ini mendedikasikan program NTT Maju untuk mewujudkan peningkatan produksi dari ketiga sektor tersebut dan meningkatkan derajat hidup para nelayan, petani dan peternak. Baginya, pangan adalah senjata dan kunci strategis bagi kemajuan suatu bangsa, termasuk NTT.
Sektor pertanian, peternakan, dan perikanan adalah fondasi ekonomi NTT, sementara pariwisata adalah sektor bisnis yang memperkuat fondasi perekonomian daerah. Misalnya, Labuan Bajo. Wisata kelas premium seperti Labuan Bajo yang saat ini menjadi ikon nasional dan melambung hingga mancanegara, harus mengambil bahan baku makanan dari para petani, peternak, dan nelayan yang ada di sekitaran Flores dan NTT.
“Tidak boleh pasokan makanannya diambil dari luar NTT. Ini yang harus kita atur. Bagaimana meningkatkan dampak pariwisata terhadap ekonomi masyarakat lokal. Kita tidak boleh jadi penonton saja,” pungkas pria kelahiran Kota Kupang ini.***