Presiden Jokowi, KTT ASEAN dan Tipikal Gubernur VBL

oleh -161 Dilihat

Oleh : Verry Guru

(Kasubag Kepegawaian dan Umum BPPD Provinsi NTT)

Suara-ntt.com, Kupang-Presiden Joko Widodo merupakan sosok pemimpin yang untuk saat ini; kami masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tak sanggup untuk melukiskannya dengan kata dan kalimat. Karena selama hampir dua periode memimpin Indonesia, Presiden Jokowi sangat peduli dengan NTT; baik lewat program yang nyata, yang dirasakan langsung oleh masyarakat, mengenakan pakaian adat daerah NTT dalam memperingati hari-hari kenegaraan serta frekuensi kunjungan kerja (Kunker) ke Provinsi NTT yang terhitung telah puluhan kali dilaksanakan. Bahkan liburan keluarga pun; beliau datang dan menikmati indahnya sejumlah destinasi wisata di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT.

Curahan perhatian yang nyata dari Presiden Jokowi untuk masyarakat NTT sesungguhnya merupakan bukti kecintaan beliau untuk mendorong dan membangun optimisme masyarakat NTT agar bergegas “melompat” keluar dari belenggu dan prahara kemiskinan yang masih mendera masyarakat NTT sejak republik ini diproklamasikan 17 Agustus 1945. Harus diakui bahwa hingga kini Provinsi NTT masih bergumul dengan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan ekonomi. NTT masih setia menjadi “kontributor” utama dalam kemiskinan secara nasional. Karena itu, jika kemiskinan di NTT berkurang atau menurun maka angka kemiskinan secara nasional pun ikut menurun. Begitu logika sederhananya.

Dalam catatan penulis, setidaknya Presiden Jokowi bersama Ibu Negara telah mengunjungi Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu, transit di Maumere Kabupaten Sikka, Kabupaten Flores Timur (Adonara), Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada dan Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat. Dalam setiap kunker, Presiden Jokowi membawa serta rombongan yang tidak sedikit; tergantung tema dan substansi kunker.

Nah, sejak 5 September 2018 yang lalu, tatkala Presiden Jokowi melantik dan mengambil sumpah Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dan Josef A. Nae Soi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2018-2023; mereka berdua tampil dengan tagline NTT Bangkit NTT Sejahtera serta menjadikan pariwisata sebagai prime mover (motor penggerak) pembangunan di Provinsi NTT. Geliat pembangunan khususnya di sektor pariwisata nampak terasa dimana-mana termasuk di Labuan Bajo yang telah “terlanjur” terkenal dengan binatang purbanya komodo. Bahkan Pemerintah Pusat telah mendeklarasikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super premium.

Saat ini, situasi dan kondisi masyarakat khususnya yang ada di Labuan Bajo sangat sibuk mempersiapkan diri untuk menyelenggarakan dan menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke 42 ASEAN yang akan dihadiri delegasi dari 11 negara ASEAN dan Sekjen ASEAN. Tentu yang dibahas dalam KTT ASEAN merupakan turunan dari tema yakni ASEAN Matters Epicentrum of Growth. ASEAN Growth memiliki arti bahwa Indonesia dan kekuatannya tetap menjadikan ASEAN relevan dan penting tidak hanya bagi rakyat Indonesia melainkan juga rakyat ASEAN dan sekitarnya. Sedangkan Epicentrum of Growth berarti Indonesia ingin lebih mengapitalisasi posisi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang berpotensi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia.

Karena itu, masyarakat NTT tidak ada cara lain; selain harus mengapresiasi dan mensuport pelaksanaan KTT ASEAN ini dengan doa dan kerja yang lebih keras lagi. Kita semua tentu berharap agar keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN dapat berjalan lancar dan sukses seperti halnya saat Indonesia dipercaya menjadi Ketua Pertemuan G 20 tahun lalu di Bali.

Tinggal Tiga Bulan Lebih

Tanpa terasa masa kepemimpinan Gubernur VBL dan Wagub Josef Nae Soi tinggal tiga bulan lebih sedikit terhitung hingga 5 September 2023 mendatang. Karena itu, meski sibuk dengan KTT ASEAN di Labuan Bajo, sesungguhnya Gubernur VBL (masih) harus menyelesaikan beberapa hal mendesak dan urgen khususnya pelantikan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTT dan menyeleksi serta menetapkan dan melantik Pimpinan Tinggi Pratama antara lain Kepala Inspektorat Provinsi NTT, Kepala Dinas Kominfo Provinsi NTT, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT dan Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT. Dan sejumlah agenda penting lainnya yang ada di dalam dokumen RPJMD Perubahan 2018-2023.

Selanjutnya kita tentu bertanya-tanya apa sesungguhnya yang diinginkan dan diharapkan oleh Gubernur VBL dalam memimpin daerah ini ? Seorang pemimpin membutuhkan dukungan dan memerlukan kerjasama, koordinasi, disiplin dan saling menghargai secara tulus di antara orang-orang yang dipimpinnya. Dalam ilmu kepemimpinan (leadership) dikenal dua tipikal yakni tipikal transaksional dan tipikal transformatif.

Tipikal kepemimpinan transaksional mengutamakan maksimalisasi keuntungan dalam setiap keputusan atau kebijakannya. Pemimpin transaksional menggunakan konstituen karena ada sesuatu dan untuk mendapatkan sesuatu, terutama keuntungan nominal.

Sebaliknya pemimpin transformatif bergandengan erat, memotivasi, membantu, menggerakan passion masyarakat atau orang-orang yang dipimpinnya untuk menciptakan sekaligus mencapai tujuan bersama yang terbaik. Pemimpin transformatif mampu membuat kebijakan yang sulit serta berani mengambil risiko.

Ini hanya sebuah catatan ringan untuk lebih memahami dan menghayati apa arti kepemimpinan sesungguhnya yang sedang dilakonkan oleh Gubernur VBL bersama timnya. Karena kedepan, kepemimpinan moderen dihadapkan pada konteks dan tantangan yang lebih dinamis dan fleksibel. Namun kinerja pemimpin tetap menjadi denyut nadi; maju-mundur, hidup-mati institusi atau daerah yang dipimpinnya. Seperti kata Napoleon, a leader is a dealer in hope. Pemimpin moderen harus mampu mendorong orang-orang yang dipimpinya untuk menciptakan tujuan, memperkuat kohesi sosial, menyediakan tatanan sekaligus memobilisasi kerja kolektif secara produktif dan efektif untuk mengeluarkan masyarakat NTT dari belenggu kemiskinan termasuk kemiskinan ekstrim, kebodohan dan ketertinggalan secara ekonomis.

Kita sungguh menyadari tak ada pemimpin yang sempurna (no leader is perfect) dan sejarah telah menjadi laboratorium yang tidak sempurna. Angin dan badai selalu mengarungi nasib pemimpin. Mereka terbukti menjadi sosok pemimpin yang dirindukan bukan semata-mata karena jabatan, melainkan lebih pada apa yang telah mereka lakukan atau kerjakan. Masih ada waktu untuk berbenah dan memperhatikan nasib rakyat NTT khususnya para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi NTT yang telah bekerja dengan tulus dan ikhlas dalam melayani kepentingan publik di daerah ini.

Teringat nasihat yang sangat inspiratif dari motivator Ary Ginanjar Agustian. Kata dia, ibarat seperti burung harus punya dua sayap untuk mengubah arah, yakni sayap visi : mau kemana dan seberapa yakin untuk mencapai tujuan dan sayap growth mindset yakni cara berpikir yang tidak pernah mau menyerah. Karena orang yang memiliki growth mindset  akan selalu mencari solusi terbaik dan tidak pernah menyalahkan keadaan.  Dalam nada yang serupa tapi tak sama, pepatah Latin mengatakan, “Tum Spiro, Spero.” Yang berarti: “Selama Kita Bernafas, Kita Berusaha.”

Di titik ini semoga perhatian, cinta, kepedulian dan frekuensi kunker Presiden Jokowi, aneka kegiatan nasional dan internasional yang digelar di Bumi NTT serta tipikal kepemimpinan Gubernur VBL memberi dampak dan pengaruh yang signifikan bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat NTT. (*)