Suara-NTT.com, Kupang-Realisasi panen padi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama Januari hingga September 2024 tercatat mencapai 139,50 ribu hektare. Angka ini mengalami penurunan sekitar 16,05 ribu hektare atau sekitar 10,32 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
“Penurunan ini jika dibandingkan dengan rentang waktu yang sama pada tahun sebelumnya,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Matamira Kale, dalam konferensi pers virtual pada Jumat (1/11/2024).
Matamira menjelaskan bahwa potensi luas panen padi pada periode Oktober hingga Desember 2024 diperkirakan akan mencapai 28,33 ribu hektare. Dengan demikian, total luas panen padi sepanjang 2024 diproyeksikan sebesar 167,83 ribu hektare, mengalami penurunan sekitar 16,87 ribu hektare atau 9,13 persen dibandingkan luas panen pada 2023 yang tercatat 184,70 ribu hektare.
“Angka luas panen Oktober−Desember 2024 merupakan potensi yang diperkirakan, dan perbedaan angka di belakang koma diakibatkan oleh pembulatan angka sebesar 2.2,” jelas Matamira.
Selain penurunan luas panen, produksi padi di NTT juga mengalami penurunan signifikan. Matamira menyebutkan bahwa produksi padi di NTT sepanjang Januari−September 2024 diperkirakan mencapai 578,29 ribu ton gabah kering giling (GKG), turun sekitar 56,38 ribu ton GKG atau 8,88 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023, yang mencapai 634,67 ribu ton GKG.
Adapun berdasarkan pengamatan fase pertumbuhan padi hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) pada September 2024, potensi produksi padi pada periode Oktober−Desember 2024 diperkirakan sebesar 128,61 ribu ton GKG.
“Dengan demikian, total produksi padi pada 2024 diperkirakan mencapai 706,91 ribu ton GKG, atau turun sebesar 59,90 ribu ton GKG atau 7,81 persen dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 766,81 ribu ton GKG,” tambah Matamira.
Matamira juga menambahkan, produksi padi tertinggi pada 2023 dan 2024 terjadi pada bulan Mei. Sementara produksi terendah terjadi pada bulan Februari di kedua tahun tersebut. Produksi padi pada Mei 2024 mencapai 169,79 ribu ton GKG, sedangkan produksi pada Februari 2024 hanya sebesar 11,69 ribu ton GKG.
Penurunan luas panen dan produksi ini mengindikasikan tantangan yang dihadapi sektor pertanian NTT dalam menjaga produktivitas, dan perlu upaya bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan hasil di masa mendatang. ***