Program TJPS Dinilai Berhasil dan Gairahkan Petani untuk Tanam Jagung

oleh -145 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sejak Tahun 2019 telah dilaksanakan program Tanam Jagung Panen Sapi atau TJPS. Dan pada tahun 2021 program tersebut dijalankan dengan Pola Kemitraan yang melibatkan masyarakat, pemerintah (Dinas Pertanian), dunia usaha dan perbankan. Program ini dibiayai sepenuhnya oleh Lembaga Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin (Asuransi) serta keterlibatan pengusaha yang berfungsi sebagai off-taker yang akan membeli produksi jagung petani. Masyarakat menyiapkan lahan dan tenaga untuk penanaman dan pemeliharaan jagung.

Sementara seluruh sarana produksi mulai dari bibit, pupuk, obat-obatan, pengolahan tanah, sarana panen dan pasca panen dibiayai oleh lembaga jasa keungan dengan memanfaatkan Kredit Merdeka Bank NTT dan dana KUR dari kelompok Bank Himbara (Himpunan Bank Negara) serta perusahaan pembeli jagung.

Saya sangat optimis dengan keberhasilan program ini dapat membangun gairah petani NTT untuk menanam jagung sekaligus menjadi provinsi jagung. Saya berharap Pemerintah Kabupaten juga mengalokasikan APBD dan mempersiapkan petani untuk pelaksanaan Program TJPS. Program ini harus dilaksanakan secara luas dengan ditunjang oleh ketersediaan alat mekanisasi pertanian, sarana-prasarana pengairan, penyediaan pupuk dan pencegahan hama agar dapat diperoleh hasil yang signifikan,” Wakil Gubernur NTT, Joseph A. Nae Soi ketika membaca Pidato Gubernur NTT pada Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di Aula Fernadaz Kantor Gubernur NTT pada Senin, 15 Agustus 2022.

Selain Program TJPS kata Wagub Nae Soi, Pemerintah juga tetap berkomitmen mengembangkan tanaman marungga atau kelor untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada tahun 2021 telah dilakukan tanam periode April sampai dengan September telah ditanam jagung pada lahan seluas sebesar 37 ribu hektar lebih yang tersebar di seluruh Kabupaten di NTT. Pada 2022 ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, Provinsi NTT melakukan ekspor jagung curah ke Surabaya sebanyak 1.000 ton dari Kabupaten Sumba Barat Daya.

“Dampak yang kita harapkan dari program ini adalah modernisasi dan mekanisasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas jagung menjadi tujuh ton per hektar, meningkatnya ketahanan pangan dan ekonomi petani, meningkatnya luas
tanam dan indeks pertanaman dari satu kali tanam setahun menjadi dua kali setahun, meningkatnya pendapatan petani dan peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah,”ungkapnya.

Dikatakan, untuk mengoptimalkan dan menjamin keberlanjutan program ini, Pemerintah mendorong kolaborasi
Pentahelix dengan melibatkan akademisi, dunia usaha, perbankan, komunitas petani wirausaha dan media.

Dijelaskan, total luas lahan program TJPS pada 21 kabupaten di seluruh NTT sejak tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 adalah 21.400 hektar dengan hasil produksi jagung mencapai sekitar 44 ribu ton dengan 28.663 ekor ternak yang terdiri dari 1.193 ekor sapi, 4.752 ekor babi, 3.104 ekor kambing, 19.614 ekor ayam. Di Tahun 2022 sampai dengan periode Juli 2022 untuk musim tanam periode April sampai dengan September telah ditanam jagung pada lahan seluas sebesar 37 ribu hektar lebih yang tersebar di seluruh Kabupaten di NTT.

“Pada 2022 ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, Provinsi NTT melakukan ekspor jagung curah ke Surabaya sebanyak 1.000 ton dari Kabupaten Sumba Barat Daya,”bebernya.

Lebih lanjut kata dia, pada tahun 2021 telah dilakukan pengadaan anakan kelor sebanyak 7,6 juta pohon. Dan pada tahun yang sama juga telah ditetapkan kebun sumber benih kelor di Kabupaten Flores Timur untuk penyiapan benih kelor bermutu di NTT. Industri kecil berbahan dasar kelor berkembang di seluruh NTT dalam berbagai produk UMKM untuk memenuhi kebutuhan daerah maupun diekspor ke luar negeri. Ini membuktikan bahwa selain memiliki manfaat untuk kesehatan. Marungga juga telah menjadi salah satu komoditi yang bernilai ekonomis. Selain itu Pemerintah juga terus mendorong pengembangan sorgum, tanaman holtikultura dan tanaman perkebunan, seperti kopi, cengkeh, vanili dan coklat. (Hiro Tuames)