Oleh Eddy Ngganggus
Suara-ntt.com, Kupang-Salib telah menjadi logistik penderitaan, alat siksaan, properti kematian tidak pantas, hinaan. Salib menjadi sarana segala yang buruk. Salib menjadi kontra segala yang baik. Begitulah dua ribu tahun lalu salib difungsikan sebagai perkakas kematian buat penjahat.
Jika dimisalkan dengan zaman ini, salib seperti laras senapan algojo untuk menembak seorang terhukum mati. Saat itu kematian anak ALLAH, Yesus ditentukan oleh para pembesar dam Imam Yahudi & saliblah instrumen tempat IA mengakhiri kefanaan tubuhnya.
Sebagaimana Ia lahir di tempat yang hina yakni di kandang hewan, Ia juga mati di tempat yang hina yakni di kayu salib. Sejak lahir hingga mati, kehadirannya di tolak.
Awal mula kehadiranNya hanya sedikit orang yang menaruh rasa simpatik dan hormat pada ajaraNya. Banyak yang resistensi terhadap pikiran yang diajarkaNya, hal ini terurama datang dari cendikia, termasuk pemimpin agama. Para cendikia dan pemimpin agama memaknai otoritas mereka atas wilayah dan rakyat adalah juga sebagai pemilik otoritas atas kebenaran dan kebaikan yang tidak bisa di koreksi. Anti kritikĀ adalah sikap dominan para cendikia dan pemimpin agama saat itu, hal ini berakar dari syakwa sangka terhadap orang lain. Menggap diri paling beritikad baik, sedangkan orang lain tidak.
Mari kira kikis dan akhiri sifat primitif itu bersama kemuliaan kebangkitan Yesus yang kita peringati hari ini. Tentu PASKAH hari ini adalah repetisi /pengulangan peringatan yang ke sekian kali yang berbeda-beda dari kita masing-masing. Janganlah sampai ini menjadi pengulangan kesalahan karena tidak mengerti dan tidak mau mengambil makna dari peringatan ini. Jangan jadi pengulang anti kritik, menggap paling beritikad baik, tetapi lihatlah di luar diri kita banyak kebenaran lain yang layak di refer, di rujuk sebagai kebenaran .
Niscaya SALIB , dari yang tadinya adalah instrumen kematian dapat berubah menjadi instrumental kidung hidup.
Selamat merayakan sabtu haleluya bagi pengagum kebenaran. ***Salve***