Suara-ntt com, Kupang-Sejauh ini hampir seluruh kabupaten/kota se-NTT mengalami kekurangan air bersih dan itu terjadi di desa-desa yang jauh dari perkotaan.
Berdasarkan data dari Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih sekitar 150.912 kepala keluarga (KK) atau 10,98 persen masyarkat NTT menggunakan air tanah ketimbang air permukaan.
“Masyarkat kita di NTT ada sekitar 150.912 KK gunakan air tanah ketimbang air permukaan,”kata Pelaksana Tugas (Plt) Bappelitbangda Provinsi NTT, Alfons Theodorus pada pembukaan Kegiatan Sidang Pleno Tim Koordinasi Sumber Daya Air (TKSDA) Wilayah Sungai (WS) Noelmina di Hotel Papa Jhons Kupang pada Kamis, 15 Juni 2023.
Alfons mengatakan, kebutuhan air di NTT masih jauh dari harapan karena belum optimalnya pemanfaatan air permukaan (bendung atau aliran sungai). Dengan demikian, penduduk NTT memerlukan jaringan perpipaan air minum untuk kebutuhan dasar, pengembangan ekonomi dan wilayah serta pengentasan kemiskinan.
“Tanpa kita sadar di bumi ini khususnya sumber air akan mengalami kekurangan dan terkuras sehingga dibutuhkan sebuah skema perencanaan agar air ini tetap tersedia,”ungkap mantan Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Provinsi NTT ini.
Dikatakan, NTT ada sekitar 3.900-an sungai dan kebutuhan penduduk akan air ini begitu tinggi walaupun dalam implementasi masih kekurangan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
“Jika kebutuhan air itu terpenuhi maka sederhana tinggal buka kran air langsung keluar. Tapi kita belum sampai ke titik itu sehingga upaya-upaya pemerintah dan salah satunya mendorong agar itu maksimal dan kita harapkan dalam waktu yang dekat skema perencanaan itu sudah berjalan,”jelasnya.
Dia berargumen bahwa pemerintah pusat berasumsi pada tahun 2024 dalam RPJMN air minum layak dan aman sudah harus 100 persen sementara di NTT dalam sektor sanitasi masih menjadi sorotan karena intervensi sensentif untuk penanganan stunting karena ada kaitannya dengan sanitasi.
“Tidak mungkin sanitasi tanpa air dan di NTT ada 3.353 desa yang tersebar di 309 kecamatan. Dan kesenjangan akan kebutuhan air itu ada di desa-desa yang jauh dari pusat kota,”terangnya.
Dipaparkan, permasalahan air di Indonesia khususnya di NTT tentu sangat kompleks, mulai dari karakteristik wilayah yang relatif ekstrim, pencemaran limbah produksi maupun limbah rumah tangga, pemanfaatan air yang belum bisa dikatakan optimal hingga fenomena perubahan iklim.
Cara berpikir manusia terhadap sumber air akan menentukan cara manusia menggunakannya. Kesalahan utama terletak pada pikiran yang menyangka bahwa sumber air adalah banyak, melimpah-ruah dan tidak mungkin habis. Namun, hakikatnya tidaklah begitu.
“Banyak orang berpikir bahwa hal-hal pengurusan air ini hanyalah tanggungjawab pihak berkuasa semata-mata yakni pemerintah. Pengguna (masing-masing kita individu) hanya tahu menggunakan dan tidak punya peranan yang signifikan. Hakikatnya, peran pengguna juga amat besar yakni sebagai penjaga dan pengelola kelestarian guna air. Pengguna juga harus bersikap aktif dan mampu menyuarakan pandangan terhadap pengurusan, manajemen dan pengendalian guna air serta membuat pengaduan bila perlu,”tandasnya.
Lebih lanjut kata dia, kesalahan lain meliputi sangkaan bahwa sumber air yang keluar hanya dari pipa air semata-mata. Sebenarnya, sumber air terdiri dari air sungai, air bawah tanah, embung, waduk dan sebagainya. Proses untuk air ini sampai kepada pengguna perlu dirawat terlebih dahulu. Ini bukanlah tugas yang mudah untuk memanfaatkan, mengurus serta menyalurkan sumber air tersebut hingga ke pengguna.
Dengan demikian, proses pengurusan berbagai sumber daya air di Indonesia khususnya NTT terkhusus lokus WS Noelmina ini harus bersinergitas antara semua pihak, baik pemerintah maupun pengguna air. Tentunya permasalahan-permasalahan berkaitan dengan air bisa minimalisir dan juga pendayagunaan air sebagai sumber kehidupan bisa diberdayakan dan dimanfaatkan secara optimal bagi kehidupan masyarakat.
“Dengan terlaksananya kegiatan Pleno Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Data Air Wilayah Sungai Noelmina ini menjadi upaya mengoptimalkan koordinasi dan sinergi kita semua. Dari itu saya berharap kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar dan juga memberikan pemikiran-pemikiran solutif demi pengelolan baik dan keberlansungan sumber daya air yang berkontribusi pada kebaikan dan kemajuan bagi kehidupan kita bersama,”pungkasnya. (Hiro Tuames)