Suara-ntt.com, Kupang-Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mempunyai sepenggal kisah menarik dalam memperjuangkan hadirnya sebuah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) di Manulai II, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT)
Melki mengisahkan dalam satu kesempatan ketika bersama Menteri Kesehatan, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto mengunjugi Maumere Ibukota Kabupaten Sikka, dimana kondisi luar biasa karena daerah itu dilanda penyakit demam berdarah (DBD)
“Saat itu kita tidak jadi pulang ke Jakarta dan singgah di Kupang. Dalam kesempatan itu saya minta ke Pak Menteri untuk bangun RSUP di NTT. Tapi jawaban dari Pak Menteri waktu itu bahwa bangun sebuah RSUP di NTT agak sedikit rumit dan bikin sakit kepala, lebih baik kita maksimalkan peralatan dan fasilitas di rumah sakit-rumah sakit yang ada,”kata Melki dihadapan ratusan Jemaat Gereja Emanuel Petu Fatukoa Kota Kupang yang mengikuti kegiatan Sosialisasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada Senin, 12 Desember 2022.
Dia mengatakan, saat itu situasinya lagi mendadak ketika tiba di Kupang sehingga rombongan Menkes hanya disambut oleh pak Zet Sonny Libing yang saat itu menjabat Kepala Badan dan Pendapatan Aset Daerah Provinsi NTT.
“Kami lalu ke lokasi milik Pemprov di Manulai II. Sesampainya di sana setelah melihat lokasi, pak Menteri bertanya dimana letak sumber air. Syukur karena di situ ada pabrik Viquam. Setelah tahu bahwa ada sumber air, pak Menkes langsung mengiyakan untuk membangun sebuah RSUP di situ,”ungkap Laka Lena.
Dijelaskan, semua yang diperjuangkan saat itu hanya bermodal nekat saja tanpa mengeluarkan biaya apapun. Untuk diketahui bahwa total biaya pembangunan RSUP itu sebesar Rp 600 miliar.
“Biaya pembangunan RSUP itu berkisar Rp 600 miliar. Dia punya fisik 300 miliar ditambah alkesnya 300 miliar. Ini dapat cuman lobi karena nekat saja. Tidak ada uang sepeserpun yang saya keluarkan lobi pak Terawan untuk bangun RSUP di situ,”ujarnya.
Dikatakan, penanganan masalah kesehatan di NTT cukup rumit dan memprihatinkan. Pasalnya karakteristik wilayah tersebut terdiri dari pulau-pulau.
Untuk bisa sampai ke fasilitas kesehatan, warga harus bersusah payah. Ada yang terpaksa harus menempuh perjalanan berpuluhan kilometer demi sampai ke Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Akibatnya ada warga NTT meninggal dunia karena akses ke fasilitas kesehatan sangat jauh dan rumit.
“Tentunya semua ini ada banyak faktor yang menjadi kendala. Salah satunya adalah ketersediaan fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan seperti dokter ahli yang masih sangat kurang,”bebernya.
Dia menyampaikan berbagai persoalan kesehatan yang terjadi merupakan Pekerjaan Rumah (PR) yang tak pernah ada habisnya.
Saat ini kata dia, NTT memiliki dua orang wakil rakyat yang berada di Komisi IX DPR RI, yang mana salah satu mitra kerjanya adalah Kementerian Kesehatan.
Kedua wakil rakyat itu adalah Emanuel Melkiades Laka Lena, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dan Ratu Wula Tallu, anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai NasDem.
Sejak dua Anggota DPR RI ini berada di Senayan, telah banyak program-program kesehatan yang diperjuangankan untuk warga NTT.
Melki mengakui saat Budi Gunawan Sadikin menjabat Menkes saat ini, RSUP ditata menjadi semakin bagus dan akan siap diresmikan.
“Rumah Sakit ini adalah salah satu kebanggaan masyarakat NTT. Jadi tempat dimana kita bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang bagus karena standarnya nasional bahkan internasional. Anak-anak kita juga bisa mendapatkan pekerjaan, dokter-dokter ahli di Undana juga bisa melakukan praktek di sana,”jelas Ketua DPD I Partai Golkar NTT ini.
Lebih lanjut kata dia, saat ini tengah dibangun koordinasi antara Menteri Kesehatan RI bersama Gubernur NTT tentang rencana peresmian RSUP Ben Mboy.
“Usulan peresmian RSUP itu tanggal 22 Desember 2022. Namun masih sementara disesuaikan waktu Pak Menkes dan Pak Gubernur,”tandasnya.
Terkait pemilihan nama Ben Mboy, Melki Laka Lena menjelaskan berdasarkan usulan Pak Menkes diminta untuk memilih tokoh kesehatan di NTT yang terbaik.
“Ada dua nama yang kita miliki di sini yaitu bapak Ben Mboy dan Hendrik Fernandez. Dan yang lebih senior pak Ben Mboy, kita pilih penggunaan nama Ben Mboy,”pungkasnya.
Namun, kata Laka Lena, nama Ben Mboy sendiri sudah digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah di Manggarai sehingga telah dibangun koordinasi dengan Bupati Manggarai agar melepaskan nama Ben Mboy untuk dipakai pada RSUP.
“Pak Bupati, Heri Nabit sudah menandatangani surat persetujuan jadi melepas nama Ben Mboy di Manggarai untuk bisa dipakai di RSUP,”jelasnya.
Untuk kesiapan peresmian RSUP diakui sudah sangat siap mulai dari gedung, peralatan dan tanga kesehatannya.
“Ada 120 tenaga kontrak yang diterima di sana semuanya anak NTT. Dan akan didampingi oleh 91 orang dari 31 RSUP se-Indonesia agar cepat bergerak,”terangnya.
Selain itu kata dia, di RSUP ada 2 unit rumah duka bagi keluarga yang mau semayamkan jenasah keluarga di sana.
“Tadi sesuai penjelasan bangunannya itu akan dibangun ikonik model Sasando,”tambah Melki. (Hiro Tuames)