Sinode GMIT NTT Kirim 4 Wakilnya Ikut Sidang Raya Gereja-Gereja Sedunia di Jerman

oleh -188 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Sinode Gereja Majelis Injili Timor (GMIT) NTT akan mengirim empat wakilnya mengikuti Sidang Raya Gereja-Gereja Sedunia ke-7 di Jerman.

“Saya bersama tiga orang lainnya akan ikut Sidang Raya Gereja-Gereja Sedunia ke-7 di Jerman,”kata Ketua Sinode GMIT NTT Pdt. DR. Merry Kolimon bersama ketika bertemu Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat di ruang kerjanya pada Selasa, 10 April 2022.

Untuk diketahui bahwa rombongan yang akan ke Jerman akan dipimpin langsung oleh Ketua Sinode GMIT NTT Pdt. DR. Merry Kolimon.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) mengatakan, masyarakat NTT sudah terlalu lama tidur panjang dan terbiasa pasrah dengan keadan serta menerima apa adanya.

“Keadaan kita saat ini, sering kali hal ini menjadi penghambat utama kemajuan kita, untuk itu sudah saatnya kita harus bangun dan merubah perspektif kita, cara berpikir kita untuk maju dengan mengusung strategi-strategi yang baru yang lebih efektif yang tepat sasaran dan lebih terasa manfaatnya ke masyarakat,”kata Gubernur NTT saat menerima kunjungan Ketua Sinode GMIT NTT Pdt. DR. Mery Kolimon, yang menyampaikan keikutsertaan Sinode GMIT NTT pada Sidang Raya Gereja-gereja Sedunia yang ke-7 di Jerman dan Ketua Panitia Festival Laut Olamangcari (Festival cari hidup) Pdt. Jeny Missa, S.Si (Teol), M.Sn, dalam rangka Festival Laut Olamangcari menyambut masa pemulihan ekonomi masyarakat pasca Pandemi COVID-19, di Desa Dadibira, Kecamatan Pura Utara Kabupaten Alor pada tanggal 14-15 Juni 2022 mendatang.

“Kita memiliki banyak kekayaan alam yang sangat bernilai tinggi, baik itu kekayaan laut berupa ikan, lobster, rumput laut dan hasil laut lainnya yang berkualitas tinggi, maupun kekayaan alam lainnya seperti tumbuh-tumbuhan langka yang bernilai tinggi seperti anggrek ekor tupai. Tapi karena kebodohan kita dan perspektif serta cara pandang kita yang salah, sehingga kita tidak mengetahuinya dan tidak mampu membaca peluang yang ada disekitar kita, diluar dari Kupang itu ilmunya sama saja, tetapi yang membedakannya adalah perspektifnya yang berbeda, cara bergaulnya berbeda, cara dia mengenal orang disekitar dan membangun relasi berbeda,”jelasnya.

“Di Pantai Otan karena kita peduli kepada Penyu dengan tidak merusak habitat serta menjaga kelestariannya, kalau penyu itu datang kita tidak boleh menyentuh atau mengganggunya, sekarang kita bisa melihat hasilnya, penyu sudah mulai banyak bermunculan, kita sudah tidak susah lagi untuk melihat keberadaannya, untuk itu harus ada kecintaan kita terhadap alam dan kalau ada saja sedikit keperdulian kita kepada alam, maka dengan sendirinya alam akan merefresh dirinya sendiri dan akan membangun dirinya buat kita,”tambahnya.

Dikatalan, sudah saatnya bergerak bersama dalam sebuah gerakan perubahan, jangan berjalan sendiri-sendiri, gereja harus mampu mempersiapkan sumber daya manusia, kemampuan jemaat untuk mengelola industri-industri rumahan sambil Pemerintah mempersiapkan dan memperkenalkan pengusahanya/investornya.

“Gereja harus menjadi penggerak utama, GMIT harus berperan lebih lagi dalam mendukung dan menciptakan generasi-generasi masa depan yang cerdas dan berkualitas, Pendeta-pendeta juga harus berperan sebagai guru, bahkan sejak dari sekolah minggu. GMIT harus bisa memfasilitasi pemuda-pemudi dan jemaat yang memiliki potensi untuk belajar banyak hal diluar sana seperti beasiswa dan sejenisnya, karena ketika mereka telah mengalami banyak hal baru dan pengalaman baru diluar sana, mereka dapat membawa pulang pengalaman dan hal-hal baru tersebut untuk membangun daerahnya karena banyak sekali potensi ekonomi yang bisa kita kerjakan,”pintanya.

Sementara itu Ketua Panitia Festival Laut Olamangcari, Pdt. Jeny meminta kehadiran Gubernur NTT untuk membuka Festival Laut dan menyampaikan beberapa rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam festival tersebut

“Festival Laut Olamangcari ini dilaksanakan dalam rangka merespon positif minat masyarakat pasca pandemi COVID-19 dan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat. Pelaksanaan kegiatannya ada dilaut dan juga didarat, dilaut itu misalnya menangkap ikan dengan bubu, kegiatan panah ikan, kegiatan dayung perahu ibu-ibu, snorkeling, diving dan free diving, sedangkan kegiatan didarat itu ada kegiatan melihat proses masak sopi, mulai dengan penyadapan dari pohon tuak lalu bagaimana proses penyulingannya dan selanjutnya diolah menjadi anggur (perjamuan), juga ada kegiatan anyam topi dari daun tuak (lontar), anyam nyiru serta bakul, dan juga pembuatan bubu dari bambu. Untuk memulai Festival Laut ini, pada malam pertama akan dimulai dengan Seminar tentang Teologi Pesisir,”ungkapnya.

Pdt. Jeny juga menyampaikan bahwa semua kegiatan ini difasilitasi oleh Jemaat Elim Dadibira Klasis Alor Barat Laut Kabupaten Alor. (HT)