Suara-ntt.com, Kupang-Untuk mendukung dan sukseskan program tanam jagung panen sapi (TJPS) di Provinsi NTT maka pemerintah setempat melakukan berbagai langkah dan strategi. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membangun 500 sumur.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Lecky Frederich Koli mengatakan, terkait persoalan sumber daya air yang dihadapi oleh para petani maka Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi NTT akan membangun sekitar 500 sumur.
Polanya dalam bentuk bantuan sosial, masyarakat sendiri yang akan buat sumur-sumur tersebut. Tim teknis akan menilai kelayakan sumur tersebut. Selanjutnya, langsung dibayar dan satu sumur sekitar Rp 50 juta.
Dikatakan, sumur-sumur itu akan dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan peternakan serta usaha lainnya.
“Dengan semua upaya ini, kita harapkan petani bisa mengubah pola produksi holtikultura dengan tanaman holtikultura seperti sayur, cabe, tomat dan lain sebagainya setiap bulan.
Kita desain supaya setiap kabupaten/kota bisa memproduksi tanaman holtikultura untuk setiap jenisnya di atas lahan sekitar 40 sampai 50 hektar sehingga supply ke pasar selalu tersedia sepanjang tahun sehingga nilai ekonomis untuk masyarakat juga akan meningkat. Demikian juga untuk tanaman perkebunan seperti kopi, kakao, jambu mente dan kelapa juga akan ditingkatkan produksinya,” kata Luckysaat memberikan keterangan kepada wartawan di ruangan Media Center Kantor Gubernur NTT, Senin (31/8/2020).
Dijelaskan bahwa keinginan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) untuk meningkatkan kehidupan ekonomi petani direspon secara serius oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT. Dengan demikian, dinasnya akan berupaya maksimal untuk melakukan intervensi pada sektor hulu sehingga produktivitas petani semakin meningkat.
“Kita akan maksimalkan musim tanam dua dari April sampai dengan September untuk menanam 10 ribu hektar tanaman jagung untuk dukung program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Tujuannya untuk turunkan tingkat kemiskinan dan mengubah kultur petani yang kurang optimal memanfaatkan musim tanam dua. Implikasi yang ingin dicapai adalah meningkatnya produktivitas petani,” jelasnya.
Menurut Lucky , lahan yang sudah diolah sampai saat ini sebesar 1.400-an hektar yang tersebar di 16 Kabupaten di NTT. Ditargetkan menuju tahun 2021, ada sekitar 40 ribu hektar lahan yang akan ditanami jagung. Pihaknya, jelas Lucky, telah dan sedang lakukan konsolidasi dengan para Bupati di seluruh NTT.
“Kita sudah konsolidasi dengan para Bupati wilayah Sumba untuk mempersiapkan perlahan-lahan serta tentukan siapa petani yang terlibat dalam program ini dan lahannya di mana. Sampai bulan desember, harus sudah ditetapkan. Kemudian tim teknis akan turun untuk lihat ketersediaan seperti apa dan lahannya bagaimana. Musim tanam akan ditutup pada Juni 2021,”ungkapnya.
Lebih lanjut mantan Kepala Bappelitbangda NTT itu menegaskan, Pemerintah Provinsi NTT serius dalam mendesain program dan merangsang masyarakat agar tetap berada di lahan pertanian. Hal ini dilakukan dengan mengoptimalisasikan sumber daya yang dimiliki. Benih termasuk pupuk dan sarana produksi harus sudah berada di tangan petani paling lambat bulan Maret tahun depan.
“Pemerintah Provinsi akan lebih banyak berada di hulu. Supaya masyarakat petani bisa mempersiapkan produksi, sarana produksi, pupuk, benih dan alat-lat pertanian agar masyakakat bergairah. Minggu depan, sudah disetujui oleh Bapak Gubernur, kita akan distribusikan lewat kapal semua traktor yang kita miliki sejumlah lebih dari 60 unit.
Sepuluh unit ke Sumba, 18 unit ke Flores dan sebagian sisanya ke Pulau Timor dan pulau-pulau lainnya. Sisanya, beberapa tetap ada di Dinas Pertanian Provinsi beserta eksavator untuk dimobilisasi ke tempat yang dibutuhkan. Semuanya ini bisa dipakai untuk mengolah lahan petani secara gratis. Begitu juga alat mesin untuk panen akan didistribusikan ke kabupaten,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut Lucky juga mengungkapkan kesulitan distribusi hasil pertanian dan perkebunan para petani. Keterlibatan swasta di sektor hilir masih menjadi kendala dalam meningkatkan nilai ekonomis petani.
“Konsepnya, kita akan bekerja sama dengan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) agar bisa menjalankan fungsi colecting dan distribusi. Lembaga ini khan punya uang, modal usaha dan sumber daya sehingga bisa kerjasama dengan pihak ketiga atau melemparkan langsung ke pasar. Dengan demikian peran sektor pertanian akan tampak dalam meningkatkan ekonomi masyarakat petani,”bebernya.
Sementara itu Kepala Biro Humas dan Protokol NTT, Jelamu Ardu Marius dalam kesempatan tersebut mengungkapkan pola bertani masyarakat NTT yang masih tradisional akan diintervensi oleh Pemerintah Provinsi dengan mekanisasi dan program-program strategis. Terutama untuk wilayah-wilayah prioritas yang penduduk miskinnya masih tinggi.
“Kita tahu sektor pertanian ini merupakan salah satu sektor yang terus bertumbuh positif serta memiliki sumbangsih besar untuk pertumbuhan ekonomi di masa-masa sulit seperti sekarang ini akibat pandemi covid-19. Gubernur dan Wakil Gubernur sangat serius memajukan Pertanian sebagai supply chain atau rantai pasok utama untuk sektor pariwisata dalam menjadikan para petani NTT sejahtera,” jelas Marius.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gubernur NTT, VBL dalam acara Coffee morning bersama para wartawan, Jumat (28/8/2020) menegaskan komitmen pemerintah Provinsi untuk meningkatkan taraf hidup para petani NTT. Petani diarahkan untuk menjadi pengusaha tani.
Pengembangan Pertanian Untuk Besipae
Terkait upaya pemanfaatan Lahan milik Pemerintah Provinsi seluas 3.780 hektar di Besipae Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten TTS, Lucky Koli menjelaskan telah mengirimkan 20 pegawai ke sana. Melakukan survei potensi untuk mengangkat air dari sungai Noelmina masuk ke Areal Besipae. Kita sudah lihat contohnya di Sumba untuk hal tersebut.
“Kita akan siapkan reservoar sebesar 1 juta meter kubik untuk tampung air dan didistribusikan untuk kepentingan masyarakat baik untuk pertanian, peternakan dan usaha masyarakat lainnya. Kita sudah mulai tanam kelor, selanjutnya holtikulura seperti buah-buahan, sayur-sayuran.
Kalau lahan ini juga cocok untuk porang, kita akan jadikan Besipae sebagai sentra produksi porang. Kita akan berusaha untuk tahap awal bisa menanam pada angka 600 sampai dengan 800 hektar untuk tanaman-tanaman ini. Masyarakat sekitar akan kita ajak terlibat terlibat di dalamnya sehingga bisa meningkatkan ekonominya,”pungkasnya. (HT)