Tingginya Kredit Macet di Bank NTT Disinyalir karena ‘Kenakalan’ Pemegang Saham

oleh -156 Dilihat

Suara-ntt.com, Kupang-Tingginya kredit atau pinjaman macet di Bank NTT disinyalir karena ada ‘kenakalan’ dan permainan pemegang saham pada bank milik masyarakat NTT itu.

Anggota Komisi III DPRD Provinsi NTT, Gabriel Manek mengatakan, yang perlu diperhatikan sekarang adalah justru pemegang saham di kabupaten jauh lebih berkuasa dan intervensi Bank NTT.

“Dan saya yakin bahwa kredit macet itu dilakukan oleh mereka. Karena yang terjadi selama ini adalah pemegang saham juga melakukan kredit atau pinjaman. Ketika tidak diberikan pinjaman maka mereka mengancam akan pindahkan semua saham atau uangnya dari Bank NTT ke bank lain seperti BRI”.

“Pemerintah sebagai pemegang saham di Bank NTT nakal-nakal juga. Kami juga tahu kredit macet paling banyak ada dimana. Apakah di kantor Bank NTT Pusat atau di kantor cabang? Kalau kredit macet terjadi di cabang-cabang berarti ada ‘kenakalan’ dari pemegang saham itu. Karena ada intervensi dari mereka,”kata mantan Bupati TTU itu pada acara rapat dengar pendapat (RDP) dengan manajemen Bank NTT di ruang Kelimutu DPRD Provinsi NTT, Selasa (12/5/2020) siang.

Manek mengatakan, sesuai dengan penjelasan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Bank NTT dan jajarannya dirinya berkesimpulan bahwa Manajamen Bank NTT saat ini baginya sangat berat.

“Bagaimana kita menghadapi pinjaman macet atau NPL (Non-performing loan) yang begitu tinggi sementara itu fasilitas covid-19. Mudah-mudahan fasilitas covid-19 para debitur bisa membayar angsuran yang ada. Jangan menggunakan fasilitas covid-19 itu sampai peraturan OJK itu dicabut sehingga akan menambah beban dari Bank NTT,”ungkapnya.

Dijelaskan, tadi Plt Dirut Bank NTT sudah menyampaikan persoalan ke depan yang akan dihadapi oleh Bank NTT seperti apa. Dan beliau juga mengatakan itu merupakan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pendahulu pemberi kredit.

“Tetapi pada sisi lain saya mau menyampaikan bahwa mesti cabang Bank NTT yang ada di kabupaten/kota perlu membangun kerjasama yang baik dengan kepala daerah sehingga penyertaan modal tiap tahun semakin tinggi,”pintanya.

Dia juga mengatakan bagaimana caranya untuk mengendalikan permainan pemegang saham Bank NTT di kabupaten/kota.
“Jika ada perlombaan untuk penyertaan modal saya kira Bank NTT akan kuat. Tetapi semua itu tergantung dari manajemen Bank NTT itu sendiri,”ujar anggota DPRD NTT dari Dapil Kabupaten TTU, Belu dan Malaka ini.

Dikatakan, Bank NTT sebenarnya menampung seluruh dana pemerintah tetapi ada permainan-permainan di rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk intervensi Bank NTT.

“Saya tidak tahu apakah dalam RUPS itu dibicarakan atau tidak dan itu perlu dilakukan kalau mau Bank NTT ini menjadi kuat di NTT. Uang pemerintah sudah ada hanya dalam RUPS seperti apa.”

“Saya analogikan Bank NTT sebenarnya seperti hewan potong. Karena tidak perlu mencari makanan (nasabah) tinggal tidur bangun semua makanan sudah tersedia. Bila dibandingkan dengan bank lain seperti BRI. Dimana mereka pagi-pagi harus mencari makanan (nasabah) dimana-mana. Dan saya melihat Bank NTT problemnya banyak sekali ini menjadi pekerjaan yang harus dituntaskan ke depan,”beber politisi Golkar ini.

Untuk diketahui bahwa kredit macet adalah pinjaman yang gagal bayar atau hampir gagal bayar. Banyak pinjaman menjadi macet setelah gagal bayar selama 90 hari, tetapi ini tergantung pada ketentuan kontrak.

Seperti yang disaksikan RDP itu dipimpin oleh langsung oleh Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT, Inche Sayuna didamping oleh Wakil Ketua Komisi III DPRD NTT, Viktor Mada Watun, Wakil Ketua Komisi III DPRD NTT, Leonardus Lelo dan Sekertaris Komisi III DPRD NTT, Inosensius Fredy Moy beserta anggota.

Sementara dari Bank NTT hadir Plt. Direktur Utama sekaligus Direktur Kredit Bank NTT, Alexander Riwu Kaho, Kepala Devisi Pemasaran Kredit Mikro Kecil dan Konsumen Bank NTT, Sonny G. S Pelokila, Kepala Devisi Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bank NTT, Matheus Mangi, Kepala Devisi Suporting Kredit Bank NTT, Aloysius R A. Geong. (Hiro Tuames)