Wagub NTT Cross Cek Progres Pembangunan Jalan Provinsi di Mabar

oleh -218 Dilihat

Suara-ntt.com, Labuan Bajo-Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Josef A. Nae Soi cross cek atau mengecek langsung progres pembangunan dan penyelesaian jalan provinsi di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) ketika melakukan kunjungan di Pulau Rinca, Rabu (4/11/2020).

Pengerjaan dan penyelesaian ruas jalan dimaksud antara lain: Kondo- Noa – Hita sepanjang 14,39 kilometer dengan pagu anggaran Rp 44 miliar, PT. Haberka Mitra Perkasa. Noa – Golo Welu sepanjang 16 kilometer dengan pagu anggaran Rp 47 miliar, PT. Lestari Nauly Jaya dan jalan PHJD : 33,6 Kilometer dengan anggaran Rp 75 miliar: PT. Adisti Indah.

Rute jalan Trans Provinsi sebenarnya dimulai dari Nggorang Kecamatan Komodo – Lando Kecamatan Boleng, Noa : Kecamatan Pacar Wajur, Kecamatan Kuwus Barat, Golo Welu Kec; Kuwus yang menjadi perbatasan Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai.

“Ruas jalan provinsi ini harus secepatnya diselesaikan sesuai prosedur. Dan diusahakan sebelum tanggal 10 November 2020 sudah harus tuntas. Karena saya melihat masih belum sempurna pengerjaannya serta penyelesainnya. Masih cukup panjang kilometer jalan yang belum dirampungkan. Segera selesaikan. Fasilitas jalan yang dibuat ini harus benar-benar dapat dinikmati oleh masyarakat khususnya penduduk lokal yang akan melintasi ruas jalan provinsi ini. Dengan fasilitas jalan yang memadai akan berdampak pada peningkatan geliat perekonomian masyarakat, demi menjawab harapan NTT Bangkit NTT Sejahtera,”ungkapnya.

Dalam kunjungan di pulau Rinca Wagub NTT mendengar penjelasan dari Kepala Taman Nasional Komodo, Lukita Awang Nistyantara. Dirinya mengamati dan mendengar dengan serius Proyek Penataan Kawasan Konservasi Loh Buaya, Pulau Rinca, dengan penanggungjawabnya yaitu Ditjen SDA dan Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR RI.

“Kawasan ini harus dibenahi dan dikembangkan lebih modern lagi, agar menjadi habitat yang lebih layak dan pantas untuk dihuni oleh biawak raksasa komodo,”katanya.

Dijelaskan, jomodo ini adalah binatang yang unik, dan tidak ada di tempat yang lain di belahan dunia manapun, kecuali di Kabupaten Manggarai Barat. Oleh sebab, tempat inipun harus diubah menjadi tempat yang unik dan menarik. Usaha dan kerja yang sekarang tengah dilaksanakan pasti akan memberi dampak positif yang nyaman bagi habitat Komodo.

Selain itu harus memberi dampak keamanan dan kenyamanan bagi para wisatawan yang akan berkunjung, setelah tempat ini menjadi sebuah kawasan konservasi yang indah dan menarik. Itulah sebuah destinasi super premium yang sebenarnya. Bahkan Pulau Rinca ini juga disiapkan menjadi salah satu titik simulasi Protokol Keselamatan dan Keamanan Destinasi Pariwisata tanggal 12 November 2020 nanti.

Bahkan kawasan ini kata dia menjadi kawasan world class wisata dan investasi. “Jadi mari kita dukung untuk menjadikan tempat ini jauh lebih indah, modern, menariik, nyaman dan aman, serta memilki nilai sensitifitas bagi kaum difabel yang nanti akan mengunjungi tempat ini, serta memberi kesan ekostik bagi setiap pengunjung. Dengan adanya desain pembangunan Kawasan ini, salah satunya yaitu Jalan Gertak Elevated. Bahkan proses pembangunan dan pengembangan kawasan ini, tetap mengutamakan ekosistem kelestarian lingkungan alam di sekitar lokasi ini, hal ini ditandai dengan tidak adanya satu pohonpun yang ditebang. Bahkan setiap pohon yang ada di lokasi ini telah diberi nomner dan diidentikasi setiap jenis pohonnya, agar menghidari penebangan pohon. Dan ini menjadi komitmen kita semua untuk benar-benar menaatinya,”jelasnya.

Kepala Taman Nasional Komodo/Lukita Awang Nistyantara mengatakan, banyak perubahan yang terjadi pada saat pembangunan jalur tracking di kawasan ini. Karena ada jalur tracking yang ada bersinggungan dengan pohon.

“Kita harus diubah kembali, karena pertimbangan utama untuk menjaga agar setiap pohon yang ada di lokasi ini tidak boleh sampai ditebang. Dan pohon-pohon di sekitar lokasi ini, sudah berumur 100 tahun lebih, jadi tidak boleh ditebang,”ungkapnya.

Dia menjelaskan, luas proyek yang saat ini dikerjakan hanya 1,3 hektar dari luas keseluruhan pulau Rinca, yaitu kurang lebih 20.000 hektar.

Dalam kesempatan itu Wagub Nae Soi juga menelpon Kepala Balai Wilayah (BWS) Nusa Tenggara 2 NTT, Kementerian PUPR, Agus Sosiawan untuk menghindari dampak dari terbentuknya opini negatif tentang pengerjaan proyek ini, maka jika ada pertanyaan dari pihak manupun tentang penataan kawasan ini, maka serahkan semua jawabannya kepada kepala wilayah NTT, yaitu Gubernur atau Wakil Gubernur, supaya masyarakat bisa menyerap informasi yang proposional dan substantive tentang aktivitas penataan di kawasan ini.

Dia mengatakan, proyek ini sebenarnya bagus, karena sangat memperhatikan ekosistem alam didalamnya. Dan jika proyek ini berhasil juga akan membuat Komodo lebih “berintelektual”, sesuai dengan perkembangan waktu.

“Waktu berubah manusia berubah maka Komodo harus diperlakukan secara berbeda juga sesuai dengan peradaban waktunya,”bebernya. (HT/Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT)