Suara-ntt.com, Kupang-Beberapa waktu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Melchias Markus Mekeng menghimbau warga Sikka agar jangan asal pilih apalagi memilih calon anggota DPR RI dari luar kabupaten Sikka. Hal itu disampaikan ketika saat menggelar reses di desa Nangatobong Kecamatan Waigete, Sikka pada Senin, 3 Oktober 2023 lalu.
Dia menghimbau agar warga Sikka jangan pilih calon dari luar Sikka bahkan harus memilih calon asli orang Sikka dari Partai Golkar.
“Jangan salah pilih orang. Pilih orang kita bapak/ibu sekalian, orang kita di partai yang benar kalau pilih orang lain yang bukan orang kita maka setelah dia ambil suara kita potat (menghilang) dia pergi paling dia datang kesini ketemu bapa/ibu sekalian mungkin pas mau pulang dia kasih sedikit ole-ole, di pilih habis itu dia hilang. Jangan bapak/ibu,” tegasnya.
Dihadapan ratusan warga kecamatan Waigete Mekeng dengan tegas mengatakan ada sosok perempuan yang ngomong pintar dengan slogan restorasi jangan dipilih karena bukan orang Maumere yang mana perempuan tersebut hanya mau ambil suara di kabupaten Sikka.
“Ada juga partai politik yang datang ke sini orangnya putih perempuan ngomongnya pintar itu bukan orang Maumere Bapak/Ibu sekalian,”tegasnya.
Menurut Mekeng ciri calon legislatif orang Maumere itu rambutnya keriting, kulitnya hitam sementara kalau kulitnya putih dan rambutnya lurus itu bukan orang Maumere.
“Orang Maumere itu kriting dan hitam ya kaya saya ini kulit hitam begini kriting nah kalau putih rambut lurus ini orang dari mana pasti bukan orang Maumere dan setelah dia dapat suara kita potat (menghilang) bapa/ Ibu sekalian,”ungkapnya.
Menanggapi isu miring tersebut, Wakil Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik Dewan Pimpinan Wilayah Nasional Demokrat (NasDem) Provinsi NTT, Elias Ngguti Jawamara meminta agar pak Mekeng bersaing secara sehat dalam pemilihan legislatif (Pileg) 2024 mendatang.
Menurut Elas pernyataan yang disampaikan Melkias Markus Mekeng sangat tidak etis dan mencederai nilai-nilai demokrasi serta kesamaan hak dalam berpolitik.
“Pak Mekeng, mari bersaing secara sehat dalam suksesi pileg yang sementara berlangsung. Membaca pemberitaan di berbagai media tentang ajakan memilih berdasar kesamaan warna kulit dan rambut keriting adalah hal-hal yang sangat mencederai nilai nilai demokrasi dan kesamaan hak dalam politik,”ungkapnya.
Dia menilai deskripsi yang ditampilkan oleh Pak Mekeng soal rambut keriting dan kulit hitam adalah reprensentase suku tertentu yang harus dipilih dan rambut lurus, serta kulit putih tak usah dipilih karena bukan seasal adalah praktek rasisme dalam demokrasi dan itu tidak sehat. Apalagi aktivitas politik yang selalu menjadi ciri-ciri kelompok dan suku serta rasis akan merusak harmonisasi bangsa.
Dirinya sangat menyayangkan bila ucapan rasis memenuhi ruang ruang politik. Sinyal “rasisme” seperti itu harus dihilangkan karena sangat berbahaya dalam hidup berbangsa dan bernegara. Itu dilakukan oleh politisi senior secara terangan-terangan di depan publik. Jangan mengemis simpati elektoral dengan menampilkan sinyal rasisme dan mari bersaing secara sehat untuk menarik simpati rakyat.
Lebih masuk akal bila Pak Mekeng menampilkan kinerja selama menjadi anggota DPR RI. Memang sentimen rasisme adalah pilihan paling pragmatis bagi para politisi yang miskin ide, gagasan dan kinerja.
“Untuk itu kami berharap kepada seluruh kontestan Pemilu Legislatif di NTT tidak menpraktekkan ajakan rasisme untuk mendapatkan suara. Mari kedepan pesan- pesan persatuan, tidak usah mengedepan isu-isu kesamaan suku dan ras karena rakyat NTT sudah cerdas,”terangnya.
Selain itu kata Elas Pak Melky Mekeng juga menyebutkan berbagai asosiasi negatif terkait Partai NasDem dihadapan masyarakat. Terkait dugaan korupsi yang disebut, saat ini telah berproses di lembaga penegakan hukum. Kader NasDem secara kasatria menghadapi kasus hukum tersebut. “Oh iya, Pak Mekeng juga pernah masuk keluar KPK dan diperiksa dalam beberapa kasus. Kalau tidak salah pernah juga ditetapkan sebagai tersangka? Mohon dijawab Pak Mekeng!
Terkait praktek rasisme yang sudah dilakukan oleh Pak Mekeng dalam resesnya, sebaiknya harus ditanggapi secara serius oleh berbagai pihak. Bawaslu harus memanggil yang bersangkutan untuk melakukan klarifikasi. Benar bahwa tidak diucapkan dalam sebuah kampanye terbuka namun ucapan rasisme itu dimaksudkan pada pileg mendatang. Bukankah itu berpotensi merusak pelaksanaan pemilu bila menggunakan sentimen rasisme. (Humas DPW Partai NasDem NTT/HT)